PMKRI Harus Menjadi Ajang Pergumulan Intelektualitas

Selasa, 23 Januari 2018 – 12:30 WIB
Ketua Presidium Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Periode 1992 – 1994 / mantan Ketua Presidium PMKRI Cabang Makassar, Leonard J. Renyut. Foto: Dokpri for JPNNcom

jpnn.com - Oleh LEONARD J. RENYUT

Ketua Presidium Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Periode 1992 – 1994 / mantan Ketua Presidium PMKRI Cabang Makassar

BACA JUGA: Jokowi Menjadi Presiden Pertama Buka Kongres Nasional PMKRI

Penyelenggaraan Kongres Nasional XXX dan Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXIX Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) di Palembang, Sumatera Selatan, 22-28 Januari 2018 dilaksanakan dalam situasi dunia dan domestik yang tengah berubah dengan sangat cepat, akibat perkembangan teknologi IT yang mengalami kemajuan yang luar biasa. Hanya dengan sentuhan ringan pada layar gadget, apa yang ada dibenak seseorang dapat tersiar meluas bahkan ke seluruh dunia. Tanpa harus bertemu muka, kita dapat menjalin persahabatan dan keakraban dengan orang lain atau bermusuhan dan berselisih.

Pusat-pusat perbelanjaan (mall/departemen store) besar yang dulunya menjadi tempat berbelanja dan bertransaksi, banyak yang kini ditutup, atau kalaupun masih bertahan hanya sekadar menjadi tempat memajang produk-produk. Karena hampir semua barang sudah dapat kita beli dan dapatkan dalam sekejap melalui belanja on-line, tanpa harus mengunjungi pasar atau mal dan mengantri untuk membayar.

BACA JUGA: Presiden Dipastikan Membuka Kongres PMKRI di Palembang

Seorang kepala negara adidaya hanya dengan melontarkan kicauan singkat di media sosial dalam sekejap dapat menimbulkan guncangan dalam pergaulan dunia internasional.

Penyebarluasan informasi dalam hitungan detik tanpa dapat dikendalikan bisa langsung sampai kepada setiap orang dimana pun ia berada, tanpa membedakan usia, jenis kelamin, suku, agama, ras maupun golongan. Begitu banyak hal-hal positif baru yang berkembang, sebaliknya banyak pula hal-hal negatif baru muncul akibat revolusi teknologi IT yang berkembang sedemikian pesatnya.

BACA JUGA: Jelang Kongres dan MPA, PMKRI Bertemu Pangdam Sriwijaya

Oleh karena itu, maka MPA PMKRI kali ini hendaknya tidak hanya menjadi ajang perebutan jabatan dan kursi Ketua Presidium, tetapi terutama menjadi momentum bagi PMKRI untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan organisasi mulai dari strategi rekrutmen anggota dan keanggotaan, model dan kurikulum kaderisasi dan pembinaan kerohanian dan intelektualitas, maupun kiprahnya di bidang kemahasiswaan dan kemasyarakatan, dalam konteks generasi Y (milenial) dan generasi Z, karena dalam dunia generasi inilah PMKRI kini berada dan berhadapan.

Generasi yang pola hidup, budaya, kebiasaan, minat, cara pandang, dan cara berinteraksi dan berkomunikasi serta jargon-jargon yang sudah jauh berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya.

Pendek kata, MPA PMKRI harus menjadi ajang pergumulan intelektualitas untuk merumuskan orientasi baru yang sesuai dengan tantangan perubahan yang ada saat ini dan ke depan. Hal ini penting agar PMKRI semakin diminati dan mampu memberikan kontribusi yang berarti dan positif baik dalam pengembangan kerohanian dan intelektualitas mahasiswa Katolik maupun terhadap kemajuan dunia kemahasiswaan/kepemudaan serta menghasilkan kader-kader pemimpin bangsa yang sungguh Katolik dan sungguh Indonesia.

Sayangnya dalam Kongres kali ini PMKRI masih mengikuti pola Kongres PMKRI masa lalu yang narasumbernya didominasi oleh pejabat negara dan elite politik. Seyogyanya narasumber yang dihadirkan juga ada dari kalangan yang telah sukses mengelola dan memanfaatkan potensi generasi Y dan Z serta kemajuan tekologi IT.

Kehidupan berbangsa kita hari ini dan di masa depan berada ditangan masing-masing individu generasi Y dan Z ini, dimana penetrasi ideologi dan budaya dengan sangat mudah merasuki benak serta menjadi bahan percakapan dalam setiap pertemuan dan komunikasi mereka baik dalam komunitas terbatas maupun secara meluas sehingga dengan cepat dapat menular (viral), dan menjadi gaya hidup generasi ini.

Oleh karena itu nasib bangsa kita hari ini dipertaruhkan pada sejauh mana generasi ini dapat terbina dalam penggunaan atau pengelolaan dan pemanfaatan informasi dan komunikasi digital yang cerdas dan sehat.

Tantangan terbesar dari “Membumikan Pancasila Menuju Indonesia Berdaulat” yang menjadi tema MPA PMKRI kali ini, adalah bagaimana merumuskan strategi pembinaan, kaderisasi dan komunikasi terhadap generasi Y dan Z agar mampu menerima, menghayati dan menjadikan nilai-nilai Pancasila dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, sebagai perilaku dan gaya hidup yang membanggakan.


Selamat Ber-MPA dan Berkongres

BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Jokowi Siap Hadiri Kongres PMKRI di Palembang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler