PMKRI Setelah 75 Tahun, Ayo Kerja Bareng Wujudkan Bonum Commune

Oleh: Margareta Yunita Lani Domaking

Rabu, 22 Juni 2022 – 17:33 WIB
Margareta Yunita Lani Domaking adalah Bendahara Umum Pengurus Pusat PMKRI, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Trisakti, dan Kandidat Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI 2022-2024. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com - Tanggal 25 Mei 2022 Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) genap berusia 75 tahun.

Dari segi usia, PMKRI ini sudah cukup matang sebagai sebuah organisasi. PMKRI dalam banyak kesempatan terlibat mendirikan aliansi organisasi mahasiswa dikenal dengan sebutan Kelompok Cipayung (HMI, PMKRI, GMKI, GMNI, dan PMII).

BACA JUGA: Harapan Menpora Amali Terhadap Kongres Nasional dan MPA XXXI PP PMKRI

PMKRI juga turut menginisiasi lahirnya Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).

Sengaja saya sebut itu untuk mengingatkan kita akan peran kita dalam sinergi dan kolaborasi dengan kelompok lainnya dalam dinamika sosial dan politik Indonesia.

BACA JUGA: PMKRI Berharap Presiden Jokowi Buka Kongres di Samarinda

Selain itu sebagai organisasi mahasiswa yang dijiwai oleh semangat Katolik (sensus catholicus), PMKRI justru menjadi organisasi yang berjuang bagi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang berjuang mengawal dan hidup berdasarkan semangat Pancasila.

Menariknya, perjuangan itu tidak membenturkan rasa kekatolikan dengan Pancasila sebagai ideologi negara, sebaliknya menegaskan bahwa PMKRI dan Kekatolikan itu sejalan dan saling mendukung.

BACA JUGA: Forkoma PMKRI Siapkan SDM Profesional Demi Destinasi Wisata Superpremium

Barangkali ini yang dimaksud oleh Bapak Uskup yang juga pahlawan nasional Mgr. Albertus Soegijapranata SJ uskup pribumi pertama: "100% Katolik 100% Indonesia."

Adagium Bapa Uskup Mgr. Soegijapranata itu menegaskan pesan kepada kita generasi muda Katolik, kader-kader PMKRI untuk berkolaborasi dan bersinergi membangun bangsa dan negara tanpa harus meninggalkan identitas dan iman kita sebagai orang Katolik.

Kita adalah orang Katolik (di) Indonesia yang beriman dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia, dalam akar budaya Nusantara yang toleran dan saling hormat menghormati.

Ayo, Kerja Bareng

Saat ini semangat kolaborasi itu mulai luntur. Sikap hormat terhadap yang berbeda mulai diabaikan karena orang lebih senang mempermasalahkan yang beda ketimbang mencari persamaan-persamaan untuk dijadikan sebagai landasan hidup bersama.

Saya melihat ini sebagai tantangan sekaligus masalah yang harus dipikirkan oleh kita generasi muda.

Sebagai kader PMKRI kita perlu menyadari ada tantangan ini. Berhadapan dengan tantangan ini, ayo kita hadapi bareng-bareng dengan bijak dan bukan saling salah-menyalahkan.

Kita solid di dalam, sehingga keluar sebagai satu kekuatan untuk menarik yang lain dan kerja bareng-bareng.

Ini persoalan bangsa, persoalan bersama, dan butuh kekuatan besar untuk melawan gerakan-gerakan yang ingin merobohkan fondasi dan bangunan hidup bersama kita, yaitu Pancasila.

Di sinilah peran nyata PMKRI sebagai salah satu pemilik saham bangsa dan negeri ini dituntut.

Tuntutan itu mengikutsertakan adanya suatu kualitas akademis-intelektual yang cukup agar dapat menyumbangkan gagasan untuk perubahan.

Yang saya maksudkan kerja bareng-bareng itu bukan saja PMKRI secara internal, tetapi perkuat kembali dialog dalam Kelompok Cipayung Plus, perkokoh lagi kekuatan kelompok-kelompok Katolik seperti Pemuda Katolik, Ikatan Sarjana Katolik, Wanita Katolik Republik Indonesia, dan sebagainya.

Selain itu, dan ini yang paling penting, berjalan bersama-sama dengan dan di dalam Gereja demi terwujudnya kebaikan bersama (bonum communae) di negeri kita tercinta, Indonesia.

PMKRI bisa dan harus ambil peran sebagai motor dalam gerakan yang mewujudkan persatuan Indonesia.

Toh, sebelum-sebelumnya sudah pernah dilakukan. Misalnya, pada zaman kepemimpinan Ketua Presidium Angelo Wake Kako bersama dengan Kelompok Cipayung Plus dibikin Jambore Kebangsaan di mana para elite mahasiswa berbicara mengenai persatuan dan kesatuan bangsa serta kemandirian ekonomi mahasiswa.

Di zaman Ketua Presidium Juventus Prima Yoris Kago, PMKRI melakukan roadshow ke-15 kota di Indonesia untuk mengampanyekan gerakan "Kita Indonesia".

Sementara di zaman Ketua Presidium Benidiktus Papa, PMKRI terlibat dalam pembicaraan mengenai rasa kebangsaan dan krisis ekologis dalam terang iman Katolik yang dibingkai dalam "Catholic Milenial Summit".

Ini semua harus dilanjutkan dengan semangat dan energi yang baru dan besar dalam rangka memasyarakatkan Pancasila hingga menjadi suatu cara hidup (way of life) kita bangsa Indonesia.

Pancasila harus jadi landasan bagi kita dalam hidup berbangsa yang menginspirasi kita untuk terus bekerja bareng-bareng untuk kebaikan bersama.

Tentang kerja bareng itu barangkali semangat Pak Joko Widodo dan Pak Prabowo Subianto bisa kita jadikan contoh.

Di lapangan Pilpres mereka bertarung, setelah itu mereka bersama-sama kerja dalam pemerintahan bagi bangsa dan negara.

Ada kekuatan dan energi besar yang diarahkan untuk kebaikan bersama ketimbang gontok-gontokan mempertahankan ego masing-masing.

Kita harus jadi garda terdepan yang mengawal dan mengamalkan Pancasila. Sebagai generasi muda kita adalah kekuatan yang, menurut Bung Karno, dapat menjadi kekuatan nyata dan besar.

"Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kugoncangkan dunia." Ini perlu menjadi spirit perjuangan kita ke depannya untuk memastikan NKRI terus ada dengan Pancasila sebagai dasar pemersatu.

Bangsa Indonesia bisa merdeka karena para tokohnya bersatu, menanggalkan egonya masing-masing, untuk mewujudkan Indonesia merdeka.

Dengan cara yang sama kita juga bisa bersatu menegaskan kembali nilai-nilai Pancasila untuk NKRI yang abadi.

Mari, setelah 75 tahun PMKRI, kita kerja bareng untuk mewujudkan bonum commune (kebaikan bersama) dalam semangat persatuan dan persaudaraan sejati.

 

Margareta Yunita Lani Domaking

Penulis adalah Bendahara Umum Pengurus Pusat PMKRI, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Trisakti, dan Kandidat Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI 2022-20024.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gustaf: PATRIA PMKRI Resmi Diakui Negara


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler