jpnn.com - JAKARTA - Juru Bicara calon wakil presiden Jusuf Kalla, Poempida Hidayatulloh, menduga kubu calon presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, mulai memainkan pola baru demi memengaruhi masyarakat pada pemungutan suara 9 April mendatang.
Polanya dengan menciptakan 'band wagon effect', atau memosisikan seolah-olah pasangan capres yang diusung koalisi Merah Putih tersebut berpotensi menang, lewat berbagai hasil survei.
BACA JUGA: Laskar Aswaja Minta Warga NU Jauhi Penolak Hari Santri
"Jadi ini mulai dimainkan. Terlihat dari munculnya survei Gallup yang fiktif, sampai munculnya berbagai macam hasil survei dari lembaga survei yang akurasi dan kredibilitasnya kerap dapat diatur sesuai pesanan juru bayar," katanya di Jakarta, Rabu (2/7).
Poempida menilai langkah tersebut jelas suatu bentuk kepanikan dari pihak sebelah. Apalagi di sisi lain, kubu Prabowo-Hatta juga diduga hingga saat ini masih melakukan berbagai kampanye hitam, intensifnya iklan dan masifnya sebaran atribut.
BACA JUGA: Kabar Prabowo Simpan Pacar di Thailand Bisa Gerus Dukungan dari Perempuan
"Tapi tidak juga dapat mengimbangi Jokowi JK. Data yang kami dapat secara obyektif dan akurat mengatakan Jokowi-JK sampai detik ini elektabilitasnya tidak tersalip oleh Prabowo-Hatta. Walaupun secara gap perbedaannya mengecil, namun faktanya demikian," katanya.
Poempida menegaskan, potensi kemenangan Jokowi-JK sangat terbuka lebar, karena mesin partai yang mulai panas dan jaringan relawan lebih intensif bergerak dalam dua minggu terakhir.
BACA JUGA: Hakim Tegaskan MS Kaban Minta Uang ke Anggoro
Selain itu, kelompok masyarakat yang belum memutuskan pilihan kata politis Partai Golkar yang dipecat beberapa waktu lalu ini, adalah kelompok masyarakat yang kritis.
Ia meyakini kelompok ini kemudian akan memilih capres-cawapres yang lebih mudah dikritisi.
"Insya Allah di bulan yang penuh rahmat ini Allah akan menunjukkan kepada penduduk Indonesia, bahwa Indonesia patut dipimpin oleh pemimpin yang baik," katanya. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tolak Gunakan CAT, Banyak Instansi tak Dapat Formasi
Redaktur : Tim Redaksi