Pola Makan Berbasis Nabati Bisa Kurangi Pemanasan Global, Ini Faktanya 

Rabu, 27 Desember 2023 – 22:24 WIB
Tahun ini program Nutrisi Esok Hari ikut membantu lembaga pendidikan mengurangi konsumsi daging dan meningkatkan kesadaran tentang dampak pilihan makanan di kalangan siswa, guru, serta juru masak, dan stakeholder lainya dengan memberikan pelatihan yang menghadirkan ahli gizi dan chef profesional secara gratis. Foto dok. Nutrisi Esok Hari

jpnn.com, JAKARTA - Sebanyak 159 negara termasuk Indonesia menandatangani Deklarasi Emirates Tentang Pertanian Berkelanjutan, Sistem Pangan Ketahanan, dan Aksi Iklim dalam konferensi COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, 13 Desember lalu. 

Salah satunya adalah dengan mendorong praktik-praktik berkelanjutan dan mengurangi emisi gas rumah kaca. 

BACA JUGA: Kurangi Dampak Pemanasan Global, 3.000 Mangrove Ditanam di Pantai Indah Kapuk

“Sistem pangan berperan penting dalam solusi krisis iklim," ungkap Among Prakosa, Manajer Kebijakan Pangan Nutrisi Esok Hari dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (27/12).

Apa yang dikonsumsi manusia bertanggung jawab sekitar sepertiga emisi gas rumah kaca global, salah satu kontributor utama terhadap perubahan iklim. Dari jumlah itu, lebih dari separuhnya berasal dari produk hewani.

BACA JUGA: Pengembangan Green Energy Pertamina Kurangi Pemanasan Global & Perubahan Iklim, Harus Kita Dukung

"Dengan melihat skala yang sangat besar industri peternakan dalam sistem pangan kita saat ini, mengubah pola makan sehari-hari menjadi salah satu aksi sederhana yang bisa kita tempuh dan penting untuk mengurangi dampak emisi yang berbahaya,” lanjutnya.

Pilihan pola makan berbasis nabati dipandang sebagai cara yang signifikan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca terkait dengan industri peternakan.

BACA JUGA: Pemerintah & Pelaku Industri Perlu Bersinergi untuk Mengantisipasi Dampak Pemanasan Global

Riset menunjukkan bahwa pola makan berbasis nabati (vegan dan vegetarian) cenderung menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah, penggunaan lahan, dan penggunaan air yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pola makan berbasis hewani.

“Beralih ke sistem agrikultur yang berkelanjutan dan menerapkan pola makan nabati dalam kehidupan sehari-hari menjadi krusial dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,” tambah Among. 

Instansi pemerintah, perusahaan, juga lembaga pendidikan baik sekolah maupun universitas, dapat berkontribusi menekan emisi gas rumah kaca dengan menyajikan makanan berbasis nabati yang terjangkau, sehat, dan beragam mulai dari kantin, hingga dalam acara-acara lainnya.

“Tahun ini program Nutrisi Esok Hari ikut membantu lembaga pendidikan mengurangi konsumsi daging dan meningkatkan kesadaran tentang dampak pilihan makanan di kalangan siswa, guru, serta juru masak, dan stakeholder lainya dengan memberikan pelatihan yang menghadirkan ahli gizi dan chef profesional secara gratis," tutunya. 

Di tahun 2023, Sekolah Citra Berkat Taman Dayu dan Schole Fitra menerima pelatihan tentang pangan nabati dan gizi anak, dan Pondok Diakonia Bawen telah menyelesaikan dua tahapan pelatihan bersama chef ahli pangan nabati, untuk mengolah menu-menu berbasis nabati yang enak dan menarik bagi anak dan lansia. 

 Diperkirakan ketiga institusi tersebut akan menyajikan sekitar 54,668 porsi makan berbasis nabati setiap tahunnya. (esy/jpnn)


Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler