Polda Ungkap Esek-esek Bintang Lima

Amankan Tiga Germo Asal Jakarta dan Surabaya

Sabtu, 19 Juli 2014 – 11:49 WIB

jpnn.com - SURABAYA – Lokalisasi dan seluruh tempat hiburan sudah diliburkan selama bulan puasa. Tetapi, bisnis prostitusi tetap saja menggeliat. Buktinya, Polda Jatim mengungkap praktik prostitusi on call khusus pelayanan bintang lima di Surabaya.

Bukan hanya satu, namun ada tiga penyedia jasa berbeda yang ditangkap dalam waktu bersamaan. Kasus tersebut diungkap anggota Subdit Remaja, Anak, dan Wanita (Renakta) Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jatim. Pengungkapannya memakan waktu hampir sebulan. Tepatnya ketika memasuki bulan puasa.

BACA JUGA: Hanya 2 Menit, Emas 1,5 Kg Amblas

Hasilnya, tiga tersangka dapat ditangkap. Mereka adalah GCA alias Geri, 29, warga Kupang; IN alias Indro, 30, warga Surabaya; dan Abdul Halim, 35, warga Jakarta. Ketiganya merupakan germo yang memiliki anak buah sendiri-sendiri.

Kasubid Pengelola Informasi dan Dokumentasi Bidang Humas Polda Jatim AKBP Hanny Aziza menjelaskan, kasus itu terungkap setelah polisi melakukan penyelidikan yang cukup rumit dan memakan waktu.

BACA JUGA: Dirampok di Kairo, Mahasiswi Al Azhar asal Padang Tewas

Awalnya, ada informasi jasa layanan esek-esek yang tetap buka pada Ramadan. ’’Informasi itu ditindaklanjuti dengan penyelidikan,’’ katanya.

Berdasar bukti awal yang didapat, jasa tersebut berkelas bintang lima. Istilah itu diambil karena rata-rata kencannya dilakukan di hotel bintang lima. Sebab, itulah syarat yang diajukan germo dan PSK. Salah satu tujuannya, menjaga privasi pengguna sekaligus menghindari gerebekan yang biasanya gencar pada bulan puasa.

BACA JUGA: Bendahara Humas Dirampak di Kantor Bupati

Cara praktiknya sama dengan germo yang diungkap sebelumnya. Mereka menjajakan PSK secara online melalui fasilitas BlackBerry Messenger (BBM). Melalui media itu, germo menawarkan dan memajang PSK yang menjadi stoknya, termasuk tarif yang ditetapkan.

Untuk sekali kencan, germo mematok harga Rp 4 juta–Rp 5 juta. Tarif tersebut sudah termasuk jasa cabul dan komisi bagi si germo. ’’Pembagiannya adalah 70 persen untuk PSK, sisanya untuk germo. Itu kesepakatan tidak tertulis,’’ jelas Hanny.

Pengguna yang akan memesan cukup meminta gambar koleksi germo. Ketika ada yang cocok dan sepakat dengan harganya, germo mengharuskan pengguna check in di hotel bintang lima. Setelah itu, germo mengantar PSK kepada pemesan. Mereka bertemu di lobi untuk bertransaksi. Perempuan yang tadi dibawa germo lantas berpindah tangan kepada pemesan.

Geri, Indro, dan Halim adalah jaringan terpisah. Mereka memiliki wilayah yang berbeda-beda di Surabaya. Jika Geri lebih sering beroperasi di kawasan Surabaya Utara, Indro banyak melayani di kawasan Surabaya Pusat.

Halim merupakan pendatang dari Jakarta. Meski begitu, pasarnya cukup ramai di Surabaya. Karena itulah, akhir-akhir ini dia sering berada di Surabaya.

Dari penyidikan terungkap bahwa Geri mempunyai anak buah tiga PSK. Indro memiliki lima PSK, sedangkan Halim hanya 12 PSK. ’’Usianya mencapai 25–30 tahun. Kalau profesinya, biar didalami dulu ya,’’ ujar Hanny.

Praktik tersebut merupakan sisi lain dari prostitusi di Kota Pahlawan. Meski lokalisasi dan tempat mesum ditutup, layanan online dan on call tetap dibuka 24 jam. Polisi menduga bahwa masih banyak praktik serupa yang beroperasi. (eko/c14/ib)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perampok Salah Ambil Amplop


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler