jpnn.com, JAKARTA - Sejarawan terkenal Anhar Gonggong tidak meragukan sedikitpun bahwa Sumatera Barat atau Sumbar sebagai provinsi yang pancasilais.
Penegasan ini disampaikan Anhar terkait pernyataan Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani yang mengatakan "Semoga Sumbar menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila".
BACA JUGA: Bahas Omongan Puan, UAS Ulas Rumah Makan Padang dan Rangkiang
"Saya tidak ragu terhadap Sumatera Barat sebagai pancasilais karena saya tahu benar sebagai seorang yang belajar sejarah sekian puluh tahun," kata Anhar dalam program ILC Tv One Selasa (8/9) malam, bertema "Sumbar Belum Pancasilais?"
Di samping tokoh-tokoh pergerakan asal Jawa, katanya, orang yang paling banyak ikut merumuskan keindonesiaan itu adalah orang Minangkabau.
BACA JUGA: Simak, Saran Sejarawan Terkenal kepada Fadli Zon terkait Omongan Uni Puan
Menurut Anhar, pemikir Islam almarhum Prof Nurcholish Madjid pernah menghitung jumlah orang Minang dalam pergerakan nasional dan menjadi tokoh utama.
"Hampir 60 persen dari seluruh yang ikut dalam pergerakan. Jadi, kalau ada orang yang meragukan Sumatera Barat tidak pancasilais, saya kira aneh," lanjut sejarawan asal Pinrang, Sulawesi Selatan ini.
BACA JUGA: Selamat Pagi, Ini Kabar Baik bagi Honorer K2 Lulus PPPK
Anhar berpandangan bahwa pernyataan Puan tidak bisa dilepaskan dari konteks Pilkada.
Namun kalimat yang keluar dari mulut perempuan berdarah Minang itu mendapat interpretasi beragam dari masyarakat Sumbar. Hal menurutnya juga tidak salah.
Bahwa PDI Perjuangan tidak bisa menang di Sumbar, bagi Anhar, itu bagian dari permainan politik sehingga jangan dianggap sebagai sesuatu yang bisa memecah belah.
"Memang permainan politiknya. Kan ada sesuatu yang mungkin mengapa PDIP tidak bisa tampil di situ, tidak mendapat suara banyak. Tetapi ada faktor lain juga yang menyebabkan partai lain itu mendapat suara banyak. Hal itu kan biasa dalam permainan politik, jangan dijadikan menjadi sesuatu yang menyebabkan terbelah," tutur Anhar.
Sejarawan yang merupakan anak dari Andi Pinanrangi, mantan raja di kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, Alitta ini berpendapat bahwa kalimat yang keluar dari mulut Uni Puan sebenarnya tujuannya untuk kepentingan partainya agar mendapatkan sesuatu tambahan tertentu dalam proses Pilkada Sumbar.
"Saya menangkapnya seperti itu, sehingga dia mengeluarkan kalimat itu," tambah Anhar.
Hanya saja ada sedikit persoalan dari pernyataan Puan karena ada dua kata yang bertentangan nilainya, yakni "semoga" dan "memang" sehingga ditafsirkan beragam pula oleh orang Sumbar khususnya warga Minang.
Terlepas dari itu, Ahnar menyatakan sekarang ini tidak ada gunanya gontok-gontokan karena Pancasila sudah menjadi bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Pancasila sudah menjadi bagian dari proses kehidupan bersama kita dan menjadi landasan kehidupan kita bersama. Dan semua provinsi mana pun yang menjadi wilayah Republik adalah pancasilais. Paham saya seperti itu," pungkas Anhar.(fat/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam