Polemik Pidato Kapolri, Ketum PP Muhammadiyah: Husnuzan Saja

Sabtu, 03 Februari 2018 – 14:42 WIB
Haedar Nashir. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengimbau umat Islam bersikap proporsional terhadap polemik pidato Kapolri Jenderal Tito Karnavian, yang diduga berisi instruksi bagi institusi Polri untuk intens bekerja sama dengan ormas Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Haedar percaya bahwa Kapolri tidak bermaksud untuk melupakan peran ormas lainnya. “Husnuzan (prasangka baik-red) saja. Mungkin maksudnya memberi apresiasi. Dalam logika ada stressing, penekanan. Mungkin karena saking semangatnya terjadi pengkhususan," kata Haedar usai menghadiri launching Kuliah Jarak Jauh Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Kamis (1/2) kemarin.

BACA JUGA: Ketua Tim Pembela Habib Rizieq Apresiasi Pernyataan Kapolri

Menurut pria kelahiran Bandung berusia 59 tahun ini, Muhammadiyah selama ini berupaya menggandeng tangan seluruh kekuatan bangsa. Meski dipandang banyak pihak memiliki peran besar dalam memperkuat persatuan bangsa, Muhammadiyah tetap harus mawas diri.

“Bagi kami orang mau mengakui Muhammadiyah atau tidak, kami tetap jalan terus. Membanggakan diri atau minta diistimewakan, sama sekali bukan karakter Muhammadiyah,” katanya.

BACA JUGA: Alumni 212 Siap Terima Tabayun Kapolri demi Hubungan Baik

Meskipun Muhammadiyah tidak dinomorsatukan, bukan berarti Muhammadiyah kehilangan sesuatu. "Seperti dalam sehari-hari, hampir semua elite bangsa termasuk wartawan menyebut dua ormas besar adalah NU dan Muhammadiyah. NU disebut lebih dahulu dibanding Muhammadiyah. Padahal kalau dilihat dari awal berdirinya, Muhammadiyah lebih dulu lahir daripada NU, begitu pun dari segi abjad. Huruf M lebih dulu dari pada N," tuturnya.

Haedar pun mengharapkan Kapolri segera memberikan klarifikasi agar seluruh polemik yang berkembang terkait pernyataan tersebut segera berakhir.

BACA JUGA: Yakinlah, Kapolri Tak Mungkin Beriktikad Buruk ke Umat Islam

"Ini hendaknya dijadikan pelajaran bagi semua pihak, terutama tokoh publik. Dalam hal ini Kapolri. Mungkin kekurangan Kapolri membuat exception bahwa hanya ada dua. Saya pikir ini soal apa ya, kesemangatan, dan kadang juga hal-hal yang stressing dalam lisan dan ucapan,” ujar Haedar. (adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sejuk, Kapolri Jadi Imam Salat Berjemaah dengan Ormas Islam


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler