Polemik Sekolah 5 Hari, Yenny Wahid Temui Muhadjir Effendy

Rabu, 16 Agustus 2017 – 08:10 WIB
Yenny Wahid. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Wahid Institute Yenny Wahid menemui Mendikbud Muhadjir Effendy membahas polemik kebijakan sekolah lima hari, kemarin (15/8).

Hadir juga di Kemendikbud itu Ella Shihab, putri dari Quraish Shihab. Namun, baik Muhadjir maupun Shihab sama-sama tak mau berkomentar.

BACA JUGA: JK Tegaskan Sekolah 5 Hari tak Wajib

Dalam pertemuan yang berlangsung tertutup tersebut, Yenny bermaksud untuk menggali lebih dalam maksud dan dasar pemikiran dari kebijakan sekolah lima hari.

”Ada miskonsepsi selama ini, jadi tugas saya untuk menyampaikan pada warga NU,” katanya.

BACA JUGA: Presiden Diminta Turun Tangan Akhiri Polemik Sekolah 5 Hari

Yenny menyebut bahwa Mendikbud sama sekali tidak menginginkan penambahan 8 jam pelajaran.

Mendikbud mengakui bahwa ada pelajaran selama itu akan membuat siswa lelah. ”Makanya untuk SD nanti diusahakan pulang jam 12.30, serta SMP 13.30,” katanya.

Yenny juga berjanji untuk mencoba membuka komunikasi dengan pengurus PBNU agar jalur dialog bisa terbuka antar kedua belah pihak. ”Nanti saya coba komunikasi dengan sekjend (PBNU,Red),” katanya.

Masalah dukungan terhadap Perpres yang menggantikan Permendikbud 23/2017 tentang Hari Sekolah, Yenny menyatakan secara umum ia mendukung agar pendidikan karakter melalui pengaturan jam sekolah diatur dalam sebuah regulasi.

Agar para guru bisa punya waktu lebih luas untuk merancang pembelajaran, serta memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada di sekitar sekolah.

”Tapi saya tidak mendukung kalau harus sekolah sampai 8 jam,” kata putri kedua Gus Dur itu.

Perpres harus tetap dibuat, kata Yenny. Tujuannya adalah untuk mengatur mekanisme penguatan pendidikan karakter yang akan dijalankan oleh pemerintah, namun penetapannya harus melibatkan semua pihak.

Bahkan jika perlu, Yenny menyebut bahwa perlu diadakan simposium besar sistem pendidikan nasional yang melibatkan seluruh elemen bangsa.

Khusus mencurahkan waktu dan tenaga untuk merumuskan sistem pendidikan terbaik. ”Karena kalau ngomong pendidikan, banyak sekali yang harus kita benahi,” Katanya.(jun/tau)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler