Polinela Kembangkan Bibit Melon Unggul, Siap Diproduksi Massal, Untung Berlipat-lipat 

Minggu, 19 Maret 2023 – 14:24 WIB
Anung Wahyudi, S.P., M.Sc., Ph.D., dosen dan peneliti Polinela menunjukkan melon Makuwari di green house Polinela yang dikendalikan dengan sistem digital. Foto Mesya/JPNN.com

jpnn.com, LAMPUNG - Politeknik Negeri Lampung (Polinela) berhasil mengembangkan bibit melon unggul berkat program dana padanan atau matching fund

Sebenarnya melon oriental yang diberi nama Makuwari oleh Anung Wahyudi, dosen dan peneliti Polinela, sudah ada juga di Jepang dan Korea.

BACA JUGA: 9 Manfaat Buah Melon yang Tak Terduga, Nomor 1 Top Banget

Sayangnya bibit itu mahal dan makan biaya besar.

Bibit melon yang dikembangkan Anung dan timnya pun dibawa sendiri dari Negeri Sakura.

BACA JUGA: Mentan SYL Gairahkan Petani Milenial Memajukan Pertanian Presisi

Namun, melon oriental Makuwauri memiliki tekstur daging buah yang renyah dengan rasa manis, bahkan bijinya pun disarankan dimakan karena baik untuk kesehatan.

"Sebenarnya melon oriental makuwauri mulai dikembangkan di Polinela sejak 2018. Namun, dengan adanya program matching fund sebesar Rp 495 juta, kami bisa membuat bibit sendiri yang jauh lebih unggul," kata Anung kepada tim Press Tour Kemendikbudristek di kampus Polinela, Jumat (17/3).

BACA JUGA: Syngenta Mendukung Masa Depan Pertanian Berkelanjutan Demi Ketahanan Pangan

Keunggulan dari melon Makuwari ini adalah kulitnya lebih tipis, sehingga bisa dimakan mirip mentimun.

Pemeliharaannya relatif lebih murah jika dibandingkan dengan hasil jualnya.

Satu tanaman biaya pemeliharaannya sampai berbuah Rp 80 ribu. Satu tanaman bisa menghasilkan 10 buah melon dengan berat 500 gram.

Harga jualnya kata Kaprodi Sarjana Terapan Teknologi Perbenihan ini, sebesar Rp 100 ribu per kilogram.

Itu berarti satu tanaman bisa menghasilkan Rp 500 ribu.

"Jadi, keuntungannya jauh lebih besar," ucapnya.

Lebih lanjut dikatakan, untuk mengembangkan melon Makuwari ini, Polinela membuat green house yang dilengkapi sistem digital.

Alat kontrol dikendalikan secara digital lewat android. 

Itu sebabnya dengan matching fund, Polinela berhasil membuat perkebunan digital yang areanya dilengkapi WiFi.

Tidak hanya melon unggul, Polinela juga mengembangkan semangat dengan berbagai bentuk seperti love, kotak, dan lainnya. 

"Semuanya kami kerjakan bersama mahasiswa prodi D-4 Teknologi Perbenihan," ucapnya.

Dia mengungkapkan melon Makuwari punya pasar sendiri, yaitu supermarket yang middle up. Mengembangkan melon Makuwari juga bisa dengan sistem konvensional.

Anung memberikan tips agar melon Makuwari bisa berbuat maksimal dan manis. Yang menanam harus sering-sering mengobrol dengan tanamannya. 

"Tanaman juga harus mendapatkan tatitayang (kasih sayang, red). Mereka harus diberikan perhatian lebih agar berbuah maksimal," tuturnya.

Ditanya berapa harga bibit melon Makuwari ini, Anung mengatakan untuk saat ini belum dipasarkan.

Hanya, jika dibeli di pasar digital harganya Rp 3 ribu per biji karena masih impor 

Oleh karena itu, Polinela membuat bibit sendiri untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor benih unggul.

"Kalau kami sudah mendapatkan sertifikat dari Kementerian Pertanian, maka bibit melon hasil penelitian dan pengembangan dari Polinela siap diproduksi massal," ujarnya. 

Dia mengungkapkan Polinela telah bekerja sama dengan industri untuk memproduksi benih melon tersebut.

Anung berharap untuk matching fund 2023, Polinela bisa mendapatkan bantuan lagi untuk pengurusan sejumlah sertifikat bibit melon Makuwari. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... SMK-PPN Banjar Baru Perkuat SDM Pertanian di Kalsel


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler