Polisi Bergerak Cepat Menyelidiki Penyebab Ribuan Ikan Mati di Sungai Cileungsi

Senin, 10 April 2023 – 11:42 WIB
Polisi menyelidiki penyebab ribuan ikan mati di Sungai Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. ANTARA/HO-Humas Polres Bogor

jpnn.com - KABUPATEN BOGOR - Kepolisian Sektor Cileungsi, Polres Bogor, bergerak cepat melakukan penyelidikan penyebab ribuan ikan mati di Sungai Cileungsi. 

"Kami bergerak cepat dengan melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab matinya ikan-ikan tersebut," kata Kapolsek Cileungsi Kompol Zulkarnaen dalam keterangannya di Bogor, Minggu (9/4).

BACA JUGA: Parah, Jeroan Hewan Kurban Bikin Ribuan Ikan Mati

Polsek Cileungsi saat ini berkoordinasi dengan Satuan Reserse Kriminal Polres Bogor dan beberapa instansi lain untuk melakukan uji laboratorium terhadap sampel air dari Sungai Cileungsi.

"Melakukan uji lab terhadap sampel air aliran sungai Cileungsi, guna mengetahui penyebab pasti matinya ikan-ikan yang berada di aliran Sungai Cileungsi tersebut," ujarnya.

BACA JUGA: Mendadak Banyak Ikan Mati di Sungai Cileungsi dan Kali Bekasi, Lihat!

Kompol Zulkarnaen menyebutkan peristiwa matinya ribuan ikan di Sungai Cileungsi itu terjadi pada Kamis (6/4) sekitar pukul 16.00 WIB  sehingga mencuri perhatian warga.

Masyarakat yang berada di aliran sungai, kata dia, memanfaatkan peristiwa tersebut dengan cara turun ke sungai dan mengambil ikan-ikan yang mati untuk dikonsumsi.

BACA JUGA: 5 Ton Benih Ikan Mati di Danau Maninjau

Sebelumnya, Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C) menduga ribuan ikan yang mati di Sungai Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, akibat alirannya tercemari limbah bahan beracun dan berbahaya (B3).

"Patut diduga sumber pencemaran limbah antara jembatan Leuwikaret, Klapanunggal dengan jembatan Wika, Tlajung Udik," ungkap Ketua KP2C, Puarman.

Dia menjelaskan, aliran sungai yang membawa ikan-ikan dalam kondisi mati ini berlangsung lebih dari 24 jam. Puarman memperkirakan bahwa pencemaran terjadi dari hulu hingga hilir sungai dengan kepekatan pencemaran cukup tinggi yang mulai terjadi pada Kamis (6/4). (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler