jpnn.com, PENAJAM PASER UTARA - Polisi menggerebek tambang batu bara ilegal yang berjarak hanya beberapa kilometer dari lokasi kawasan inti pemerintahan ibu kota negara (IKN) Nusantara.
Lokasi persisnya di Desa Sukomulyo, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
BACA JUGA: Duel Berdarah di Lahan Eks Tambang Batu Bara, Pak Direktur Tewas Penuh Luka Bacok
Dalam kesempatann itu, polisi juga menangkap tiga pelaku penambang liar.
“Kami mengamankan TM, T, dan F,” kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Kaltim Kombes Indra Lutrianto Amstono, Jumat (30/9).
BACA JUGA: Perintah Jaksa Agung Tegas, Usut Dugaan Korupsi Tambang Ilegal di Babel
Ketiga orang yang ditangkap itu memiliki peran masing-masing.
Pria berinisial TM berperan sebagai pemodal, T merupakan operator alat berat, dan F bertugas sebagai penjaga lokasi tambang.
Saat digerebek, tambang terbuka dengan satu ekskavator tersebut telah menghasilkan batu bara sejumlah kurang lebih 1.000 metrik ton.
Lahan yang ditambang sebenarnya berada dalam Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT TKM.
Namun demikian IUP PT TKM diketahui bermasalah sehingga tidak dapat menjadi dasar hukum atau legalitas dari kegiatan penambangan di atasnya.
Namun, TM tetap melakukan perjanjian kerja sama dengan B selaku Direktur Utama PT TKM.
Perjanjian operasional pertambangan batu bara itu diteken pada 17 Desember 2021.
Ketiga tersangka dijerat Pasal 158 UU RI Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
Ancaman hukuman buat ketiga tersangka, yakni penjara maksimal 10 tahun dan denda paling banyak Rp 10 miliar.
Sebelumnya, pertengahan pekan ini polisi dengan bersenjata lengkap menyergap para penambang batu bara ilegal di lahan milik Yayasan Penyelamatan Orang Hutan Kalimantan (BOSF/Borneo Orangutan Survival Foundation).
Dari lahan di KM 33 Jalan Soekarno-Hatta, Sungai Merdeka, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara tersebut, polisi mengamankan 4 unit ekskavator dan 8 unit "dump truck" dan sejumlah orang.
Kegiatan penambangan batu bara ilegal tersebut sudah dilaporkan BOSF ke Polsek Samboja sebulan lalu. Laporan kemudian diteruskan ke Polda Kaltim.
Tidak kurang sudah 7 hektare lahan BOSF dibongkar para penambang untuk diambil batu baranya.
Dalam kawasan itu, BOSF memelihara tidak kurang dari 300 orang hutan (Pongo pygmaeus) agar kelak dapat dilepasliarkan kembali.
“Lahan kami ada seluas 1.800 hektare. Sebagian besar masih berupa hutan sekunder atau bekas kebun yang kembali jadi hutan,” jelas kuasa hukum BOSF Yesaya Rohy. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi