jpnn.com - PALU – Tim Densus 88 Anti Teror kembali mengamankan seorang warga terkait 7 terduga jaringan teroris yang diamankan di Kabupaten Parimo, Sulawesi Tengah (Sulteng). Kos-kosan di Jalan Tangkasi, Kelurahan Birobuli Selatan, Palu Selatan, yang menjadi tempat tinggal terduga teroris tersebut juga ikut digeledah petugas.
Informasi yang dihimpun Radar Sulteng (Grup JPNN.com), menyebutkan bahwa terduga teroris bernama Akbar ini, diamankan tim Densus 88 di kompleks Palu Plaza, Kelurahan Siranindi, Kecamatan Palu Barat, sekitar pukul 15.00 wita, Senin (15/9). Petugas kemudian menggiring Akbar ke kos-kosannya di Jalan Tangkasi.
BACA JUGA: Kekosongan BBM Sering Terjadi di SPBU Tanjung Selor
Sekitar Pukul 16.00 petugas langsung melakukan penggeledahan di dua kamar kos yang disewa oleh Akbar. Sejumlah barang-barang seperti parang dan sejumlah alat elektronik, serta satu unit sepeda motor Mio Warna putih turut diamankan dari dalam kos-kosan tempat tinggal Akbar.
Disebutkan bahwa, Akbar merupakan penyuplai logistik kelompok sipil bersenjata yang berbasis di wilayah Kabupaten Poso. 7 terduga jaringan terorisme yang diamankan di Kabupaten Parimo, termasuk 4 WNA sebelum ditangkap, sempat pula singgah di kos-kosan tempat Akbar tinggal.
BACA JUGA: Korban Lampu Obor Meledak Akhirnya Meninggal
Ketujuh orang itu, masing-masing Ahmed Bozoglan, Abdul Basyit, Aylinci Bayram dan Alphin Zubaidan, serta 3 WNI Saiful Priatna, M Irfan dan Yudit Candra memang sempat melakukan komunikasi dengan Akbar. Dari pengakuan 3 orang WNI yang juga warga Palu tersebut lah maka petugas mengamankan Akbar.
Usai penggeledahan oleh tim Densus 88, pemilik kos-kosan, Welem (47) mengaku, sama sekali tidak mengetahui pasti asal-usul Akbar. Nama yang bersangkutan sendiri tidak diketahui oleh Welem.
BACA JUGA: Polisi Bentuk Tim Kejar Pembunuh Gombloh
“Dia baru sebulan sewa dua kamar kos di sini. Saya sendiri tidak tahu siapa namanya. Cuma dia bilang dia orang Tojo. Jarang bicara juga,” sebut Welem.
PNS di Pemerintah Kota Palu ini juga menjelaskan, bahwa selama sebulan menyewa kos, tidak ada kecurigaan dari Welem. Hanya saja setiap datang ke kos-kosan tersebut, Welem selalu melihat kedua kamar kos yang disewa oleh Akbar selalu ramai oleh rekan-rekannya.
“Saya sama sekali tidak curiga. Hanya memang di sini kalau pagi ramai dengan temannya sambil minum kopi. Tapi kalau malam lampu memang tidak pernah menyala,” lanjutnya.
Beberapa hari yang lalu, kata Welem, saat ingin menagih uang sewa kos sebesar Rp700 ribu perkamar, dia terkejut karena melihat gembok salah satu kamar telah diganti. (agg/awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Enam Rumah Dilahap si Jago Merah
Redaktur : Tim Redaksi