jpnn.com - SURABAYA – Sudah delapan orang yang diamankan polisi terkait jaringan peredaran kunci jawaban ujian nasional (unas) SMA. Tapi, polisi belum puas dengan hasil kerjanya tersebut. Sebab, mereka yang sudah ditangkap bukanlah tokoh utama beredarnya kunci jawaban itu.
Joki Gosok alias D.N. Bagus Danil Bimantara dan empat anggotanya yang ditangkap di Jogjakarta Sabtu lalu (26/4) adalah pengedar di lapangan. Begitu pula Muhammad Nasrun Abid yang menyuplai kunci jawaban kepada Joki Gosok yang diciduk Minggu (27/4).
BACA JUGA: BPJS Ketenagakerjaan Mojokerto Bagikan Beasiswa Rp 600 Juta
Dua nama lain, yakni Edy Purnomo (guru SMAN 3 Lamongan) dan Ibnu Mubarrok (guru MTs Putra-Putri Lamongan), juga bukan tokoh utama. Mereka hanya memberikan kunci jawaban kepada Abid. ”Mereka ini levelnya masih menengah ke bawah. Saat ini kami masih memburu sumbernya,” tegas Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Farman.
Perwira dengan dua melati di pundak itu mengatakan bahwa jajarannya ingin membongkar kasus tersebut sampai tuntas. Polisi tidak ingin berhenti hanya sampai pengedar di lapangan. Aparat Polrestabes Surabaya berhasrat besar untuk menyeret tokoh utamanya ke penjara.
BACA JUGA: Siang Sampai Sore, Gunung Slamet Meletus 10 Kali
Dari hasil penyelidikan, beredarnya kunci jawaban ini bukan muncul begitu saja. Ada orang ”besar” di balik bocoran tersebut. Polisi juga sudah menemukan jalan untuk menguak sumber peredaran kunci jawaban tersebut. Mereka saat ini fokus memburunya, selain tetap mengejar para pengedar yang belum tertangkap.
”Kami mohon waktu untuk bisa mengamankan yang level atas itu. Sebab, kami tidak main-main dengan langkah yang sudah kami lakukan. Kami ingin pengungkapan kasus ini sampai tuntas setuntas-tuntasnya,” kata Farman.
BACA JUGA: Satpol PP Razia Mobil Goyang di Pantai Manggar
Polisi juga yakin bahwa yang bocor bukan hanya kunci jawaban, tapi naskah soal unasnya. Apalagi, polisi sudah melihat naskah unas itu. Mereka juga sudah mencocokkannya dengan kunci jawaban yang disita dari murid-murid SMAN 12 Surabaya.
Saat membongkar praktik peredaran kunci jawaban pada 16 April lalu di SMAN 12, polisi mengamankan 200 lembar kunci jawaban. Setiap lembar berisi 20 jenis kunci jawaban sesuai dengan model pertanyaan. Di atas kunci jawaban juga diberi kode soal nomor 1-4 untuk memudahkan siswa menggunakannya.
Apakah tokoh itu dari kota yang sama dengan yang sudah diamankan? ”Tunggu saja nanti. Tapi, sepertinya berbeda,” ucap Farman berteka-teki.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya Ikhsan mendukung penuh langkah polisi. Dia menyatakan, sejak awal pihaknya meneguhkan komitmen untuk unas jujur. ”Kami tidak pernah ambil pusing dengan peringkat unas. Yang terpenting adalah kejujuran. Karena itu, kami mendukung langkah polisi,” katanya.
Komitmen itu, kata Ikhsan, tidak bakal kendur meski nanti menerima kenyataan pahit bahwa ada orang dari institusi pendidikan yang diciduk polisi. Sebab, Dispendik ingin kasus tersebut dituntaskan agar ke depan tidak muncul lagi gejolak peredaran kunci jawaban.
Apalagi, informasi yang diterima dispendik, kunci jawaban unas yang beredar itu bukan sekadar paket SMA atau SMP. Tapi, paket keseluruhan unas. ”Kami dukung penuh upaya polisi ini sekalipun nanti itu pahit buat kami. Sebab, komitmen kami dengan kepolisian sama. Kami ingin unas berlangsung jujur,” paparnya. (fim/c2)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mbah Rono: Karakter Gunung Slamet Tidak Berubah
Redaktur : Tim Redaksi