jpnn.com, LAGOS - Ratusan pria dewasa, remaja dan anak-anak diduga ditahan, disiksa, dan diperlakukan tidak manusiawi di sebuah madrasah di Daura Katsina, Nigeria. Perlakuan biadab itu terungkap setelah sejumlah siswa melarikan diri dan mengadu kepada polisi.
Pada Minggu (13/10), kepolisian menggerebek sekolah agama tersebut. Di dalam mereka menemukan 67 orang dalam kondisi dibelenggu dengan rantai serta tubuh penuh bekas-bekas penyiksaan.
BACA JUGA: Dipersekusi Pribumi, Ratusan Warga Nigeria Tinggalkan Afrika Selatan
Korban yang dibebaskan mengatakan kepada Reuters bahwa para instruktur memukul, memerkosa dan bahkan membunuh siswa. Instruktur juga merampok uang dan barang-barang mereka.
Para korban yang ditemukan polisi di lokasi sendiri berusia antara 7 hingga 40 tahun. "Mereka dalam kondisi yang sangat buruk ketika kami temukan," kata pimpinan kepolisian setempat Isah Gambo, Senin (14/10).
BACA JUGA: Sembilan Tentara Nigeria Dibantai Ekstremis, Puluhan Masih Hilang
Menurut pihak kepolisian, sekolah agama tersebut mempromosikan diri sebagai pusat pengajaran Islam bagi anak-anak nakal dan tidak disiplin. Ada sekitar 300 orang yang terdaftar sebagai siswa di sekolah tersebut.
Polisi mengatakan mereka telah menangkap pemilik fasilitas dan dua guru, dan melacak tersangka lainnya. Sementara itu, lebih dari 200 siswa yang melarikan diri sampai sekarang masih hilang.
BACA JUGA: Ratusan Perempuan Nigeria Gabung Milisi Pembasmi Boko Haram
"Para tahanan sebenarnya dari berbagai bagian negara. Beberapa dari mereka bahkan bukan orang Nigeria. Mereka berasal dari Niger, Chad dan bahkan Burkina Faso dan negara-negara lain," jelas Gambo.
Ini adalah kasus kedua yang berhasil diungkap kepolisian dalam kurun waktu kurang dari satu bulan terakhir. Sebelumnya, sekitar 200 korban dibebaskan dari sekolah serupa di Negara Bagian Kaduna yang berdekatan dengan Daura Katsina.
Sekolah Islam dengan sistem asrama yang dikenal dengan sebutan Almajiris berjumlah cukup banyak di Nigeria, terutama di bagian utara. Muslim Rights Concern, sebuah organisasi lokal, memperkirakan sekitar 10 juta anak menuntut ilmu di lembaga-lembaga tersebut. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil