Polisikan Gubernur Kalbar, Jhony Minta Perlindungan LPSK

Senin, 30 September 2013 – 17:03 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Seorang warga Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Yustinus Jhony Tampubolon,  melaporkan Gubernur Kalbar Cornelis dkk ke Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI, Senin (30/9).

Yustinus yang datang ke Bareskrim Polri didampingi Kuasa Hukum-nya Taufik Budiman melaporkan dugaan  tindak pidana penganiayaan yang diduga dilakukan Gubernur Kalbar Cornelis bersama rekan-rekan (diduga ajudan dan pengawal).

BACA JUGA: Setelah Operasi Caesar, Kejang, lalu Tewas

Laporan itu tertuang dalam LP: 281/IX/2013 / Bareskrim 30 September 2013. Dalam LP itu disebutkan bahwa pelapor adalah Yustinus Jhony Tampubolon, kelahiran Kerosik 19 September 1974 berprofesi sebagai petani dengan alamat Jalan Sutan Syahrir II, Gang Natal, RT 018 RW 006, Desa Beringin, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau.

Terlapor adalah Gubernur Kalbar Cornelis dkk atas dugaan tindak pidana penganiayaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 170 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan atau pasal 352 KUHP.

BACA JUGA: Amon Djobo Raup 52,68 Persen Suara di Pilkada Alor

Dalam laporan itu disebutkan peristiwa terjadi pada 26 September 2013 di Pasar Bodok, Kecamatan Parindu,  Kabupaten Sanggau. Laporan itu diterima Perwira Siaga Inspektur Polisi Satu Suradi.

"Yang dilaporkan itu adalah Gubernur Kalbar Cornelis dan ajudan, pengawal. Kejadiannya, terkait pasal pengeroyokan," kata Taufik Budiman kepada wartawan mendampingi Jhony melapor di Bareskrim Mabes Polri, Senin (30/9) sore.

BACA JUGA: Mandi Laut, Dua Pemuda Hilang Dihantam Ombak

Dia mengatakan, setelah laporan formal masuk hari ini, maka besok atau Selasa (1/10), pihaknya akan minta perlindungan kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. "Besok rencananya kita akan minta perlindungan ke LPSK," ungkap Taufik.

Dia menegaskan, laporan ini memang ingin cepat didorong masuk ke Bareskrim Mabes Polri untuk menghindari sinyalemen kasus itu diseret-seret ke ranah politik. "Kita tegaskan tidak ada kaitannya dengan politik. Kita ingin tidak ada itu," ujar Taufik.

Pihaknya ingin masalah ini diselesaikan sesuai prosedur hukum yang berlaku. "Tolong, jangan sampai ada pihak yang mengintervensi polri," tegasnya.

Jhony menegaskan tak pernah berpikir untuk memusuhi Gubernur Kalbar. "Ini tidak ada kaitan dengan politik. Saya murni dikeroyok, tidak ada kaitan pilkada," jelasnya.

Jhony mengaku akan segera melakukan visum untuk mengetahui bekas pukulan yang diduga dilakukan oleh oknum pengawal dan ajudan gubernur.

Sedangkan gubernur, kata Jhony, menyiramnya dengan segelas kopi. "Yang menyiram saya kopi Pak Gubernur-nya," kata Jhony.

Ia mengatakan bahwa Gubernur Kalbar tidak menodongkan senjata api kepadanya. Menurutnya, Gubernur hanya memperlihatkan senjata api di balik baju yang dikenakan.

Pihak Humas Pemerintah Pemprov Kalbar sudah membantah, Jumat (27/9). "Kejadian seperti yang disampaikan di berbagai media online tidaklah benar. Jadi, perlu diluruskan," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Kalbar Numsuan Madsun di Pontianak, Jumat (27/9).

Menurut Numsuan  sebelum kejadian itu, Cornelis tengah melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Sanggau pada Kamis (26/9). Tujuannya untuk melantik Sekda Sanggau.

Acara pelantikan usai sekitar pukul 13.00. Numsuan yang ikut dalam rombongan menuturkan, setelah itu gubernur mengadakan pertemuan bersama kader partai.

Mengingat bukan acara kedinasan, rombongan lain meneruskan perjalanan ke Pontianak. Cornelis dan rombongan di luar staf dinas tetap di Kota Sanggau untuk temu internal partai.

Sekitar pukul 18.00 setelah acara internal partai selesai, rombongan mampir di Pasar Bodok, yang berada di luar Kota Sanggau. Gubernur singgah di sebuah warung kopi.

Diakuinya, di pasar tersebut juga ada camat, kepala polsek setempat, dan warga lain. Saat itulah, ada seorang warga yang datang dan menunjuk-nunjuk pada Gubernur dan berlanjut dialog kecil dengan gubernur.

Numsuan mengaku gubernur memang mempunyai senjata api yang kerap dibawa sebagai bagian dari perlindungan diri.

Namun, saat itu senjata api tersebut disimpan di pinggang. Tapi tidak untuk menodong. Ia menyatakan Gubernur hanya terlibat pembicaraan santai dengan warga yang diketahui adalah Jinku, tanpa mengeluarkan pistolnya.

Sebelumnya juga Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Tjahjo Kumolo mengaku sudah meminta klarifikasi kepada Cornelis yang juga Ketua DPD PDIP Kalbar terkait kasus ini. "Saya ketemu Gubernur Kalbar siang tadi (Sabtu 28/9) di Yogyakarta," kata Tjahjo, Sabtu (28/9).

Tjahjo mengatakan, dari klarifikasi itu diketahui  pemberitaan bahwa Cornelis menodongkan pistol sama sekali tidak benar.  "Gubernur tidak sampai hati untuk melakukan perbuatan tersebut," ungkapnya.

Menurut dia, persoalan sebenarnya adalah terkait dengan ketidakpuasan pendukung salah pasangan calon pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Sanggau yang kalah pada 19 September 2013 lalu. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelamar CPNS Paling Banyak untuk Tenaga Medis


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler