Politisi PKS Terjun dari Lantai 10, Tewas

Rabu, 10 September 2014 – 10:02 WIB

jpnn.com - BOGOR–Pelataran gedung Hotel D’Arch di Jalan Raya Pajajaran, kemarin, dihebohkan aksi bunuh diri yang dilakukan seorang pasien RS Azra.

Pelaku bunuh diri yang diketahui bernama Ruli Nutranta (45), terjun dari lantai sepuluh gedung hotel yang masih dalam tahap pembangunan tersebut.
    
Hingga saat ini, belum jelas hal apa yang melatarbelakangi Ruli dalam melakukan aksi nekatnya itu. Pasalnya, pria yang bemukim di Villa Bintaro Regency, F3/18, RT 05/12, Pondok Aren, Tangerang, tersebut selama ini dikenal sebagai cendekiawan. Dia merupakan dosen tetap di Universitas Mercubuana dan menjabat Sekretaris Umum DPD PKS Tangsel.
    
Menurut keterangan Kapolsek Bogor Utara Kompol Indrianingtyas, Ruli dirawat di RS Azra karena menderita penyakit ambien. Aksi bunuh diri Ruli terjadi sekitar pukul 08:30 WIB.

BACA JUGA: Harga Tanah Sekitar Bandara Melambung

Saat kejadian berlangsung, para anggota Polsek Bogor Utara sedang melaksanakan apel pagi di markasnya yang berseberangan dengan lokasi tempat kejadian perkara (TKP).
    
Di sela-sela itu, terdengar teriakan banyak orang yang berasal dari RS Azra dan hotel D’Arch. Teriakan makin histeris ketika beberapa orang buruh bangunan mencoba menggagalkan aksi Ruli untuk terjun dari lantai sepuluh. Ruli yang tetap memilih terjun sempat tertangkap dua orang buruh.
    
Adegan dramatis pun terjadi kala kedua tubuh politisi PKS ini menggelantung dari ketinggian sekitar 30 meter, sembari mencoba diangkat oleh dua orang buruh. Malangnya, cengkraman tangan salah seorang buruh terlepas. Sementara kawannya yang lain tak mampu menahan beban tubuh Ruli yang terus meronta.
    
“Karena satu (cengkraman) di antara mereka terlepas, hingga akhirnya korban pun jatuh dari ketinggi sekira 30 meter dengan posisi mencium tanah. Sebagian tulang di organ tubuh korban patah,” terang Indrianingtyas kepada Radar Bogor (Grup JPNN), kemarin.
    
Tak lama dari kejadian itu, Indrianingtyas langsung memerintahkan anak buahnya mengambil langkah polisional dan penyidikan di lokasi kejadian.

“Dugaan sementara pelaku bunuh diri. Namun diketahui pelaku sudah lama menderita penyakit embien. Kami masih terus melakukan penyelidikan,” beber perwira menengah polisi ini.
    
Anen (40), petugas kebersihan RS Azra menuturkan, sebelum bunuh diri, korban memang sempat terlihat berjalan kaki keluar rumah sakit dalam kondisi pucat.

BACA JUGA: Kejagung Garap Pejabat Dinas PU DKI Jakarta

“Tapi saya tidak tahu ternyata korban masuk ke bangunan hotel yang sedang dalam pembangunan itu. Saya juga tidak tahu kenapa pasien bisa keluar dengan mudah begitu saja,” tuturnya.
    
Humas Rumah Sakit Azra, Khairun Nisa membenarkan jika bila pelaku bunuh diri itu, merupakan pasien rumah sakit tempatnya bekerja.

“Memang benar itu pasien Rumah Sakit Azra. Namun kami tidak bisa memberi keterangan, tanpa seizin pihak keluarga. Pihak rumah sakit masih melakukan rekam medik, dan memberitahukan hal ini kepada pihak keluarganya,” singkatnya kepada wartawan.
    
Sementara itu, pihak keamanan kontraktor Hotel D’Arch, Ricky mengatakan, Ruli diduga masuk ke gedung hotelnya melalui pintu depan, bersamaan dengan 30 pekerja bangunan lainnya.
    
“Di hotel ini hanya ada satu pintu masuk. Kemungkinan korban masuk berbarengan dengan pekerja bangunan saat pagi hari. Jadi tidak mungkin, korban lewat belakang. Karena ia harus memanjat dinding setinggi 3 meter lebih dahulu. Ini akan menyulitkannya. Apalagi ia dalam kondisi sakit,” jelasnya.
    
Peristiwa bunuh diri ini pun menyita perhatian Walikota Bogor Bima Arya. Dia mengaku, telah menginstruksikan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Bogor untuk mencari informasi di rumah sakit yang bersangkutan.

BACA JUGA: Kasus Perdata JIS Dianggap Sudah Mengarah ke Komersial

Sementara itu, Kadinkes Kota Bogor, dr Rubaeah mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit Azra. “Saya tengah mencari informasi dulu. Nanti kita informasikan. Apa pasien mengalami gangguan jiwa atau hal lainnya,” terangnya.
    
Bila diketahui korban terganggu jiwanya, maka ada kelalaian dalam hal penanganan oleh pihak rumah sakit yang bersangkutan. “Ya kalau memang pelaku mengidap gangguan jiwa atau stress, seharusnya ada pengawasan dan penanganan khusus,” tukasnya.
    
Sementara itu, saat dikonfirmasi mengenai meninggalnya Rulli, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PKS Kota Tangsel Unggul Wibawa membantah bahwa kadernya meninggal dengan cara bunuh diri.

“Itu tidak benar, informasi dari mana itu? Almarhum meninggal karena penyakit serangan jantung hari ini (kemarin, red),” tegasnya.

Ditanya lebih lanjut mengenai peristiwa itu, Unggul enggan berkomentar terlalu banyak. “Saya sedang menyetir, yang pasti almarhum meninggal karena sakit jantung,” terangnya.

Hal serupa juga dikatakan Ketua DPC PKS Pamulang Dadang Darmawan, yang mengatakan Rulli meninggal karena sakit jantung yang dideritanya. “Kalau dirawat di rumah sakit apa saya kurang tahu persis. Informasi dari keluarga, almarhum meninggal karena sakit jantung. Saya juga belum sempat ke rumah duka,” ujarnya singkat.

Humas DPD PKS Kota Tangsel Firdaus pun membatah mengenai informasi yang beredar tersebut. “Benar Pak Rulli meninggal, tapi kalau soal informasi itu tidak benar, dapat informasi dari mana?” ungkapnya. (tik/dra)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PSK di Bawah Umur Semakin Marak di Bekasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler