Polri Bantu Malaysia Ungkap Jaringan Teroris

Kamis, 09 Maret 2017 – 14:00 WIB
Jenderal Tito Karnavian. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, BANDUNG - Polri akan membantu kepolisian Malaysia untuk mengungkap jaringan teroris yang melibatkan seorang warga Negara Indonesia (WNI) yang ditangkap setelah diduga merencanakan serangan terhadap rombongan Raja Salman ketika melakukan kunjungan ke Kuala Lumpur.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengaku saat ini terus melakukan komunikasi secara intensif terkait informasi.

BACA JUGA: MCCBCHST Minta Pemerintah Cabut Visa Zakir Naik

“Kami ada LO di sana (Malaysia). Sebab Polri dan Polisi Malaysia memang memiliki hubungan baik terutama dalam penanganan pelaku teror," kata Tito kepada wartawan usai kuliah umum di Aula Barat ITB, Jalan Ganeca, Kota Bandung, Rabu (8/3).

Dari berbagai informasi yang berhasil dihimpun, WNI yang belum diketahui identitasnya itu ditangkap polisi Malaysia bersama enam orang lainnya. Diketahui, mereka berasal lintas Negara, di antaranya warga negara Malaysia dan Yaman. Mereka ditangkap terpisah antara 21-26 Februari 2017.

BACA JUGA: Seorang Pria Ditangkap Terkait Teror Bom Panci Bandung

WNI tersebut merupakan pelaku teror yang bergabung dengan kelompok di Malaysia. Menurutnya, kelompok tersebut juga terkoneksi dengan kelompok teroris yang ada di Indonesia.

"Koneksi kelompok Indonesia dan yang ada di Malaysia itu sudah biasa dan sudah lama. Dulu waktu ada Jemaah Islamiyah, pelaku dari seperti Noordin M Top juga larinya ke Indonesia," ujarnya.

BACA JUGA: Ekonomi dan Kepentingan Luar Bisa Rusak Kebinekaan

Terungkapnya kelompok teror di Malaysia itu menunjukkan para pelaku teror sudah tak bersifat lokal. Dengan kata lain, pelaku teror sudah mulai membangun jaringan internasional di tingkat regional seperti Asia Tenggara. Pernyataan tersebut dilontarkan berhubungan dengan pelaku terorisme dari malaysia yang menjadikan Indonesia sebagai pelarian, seperti Azhari dan Nurdin M. Top.

“Makanya kami bangun kerjasama internasional dan regional. Kemarin Indian Ocean RIM Association, yang pesertanya dari berbagai negara, salah satu yang disepakati itu memerangi dan menangani terorisme, radikalsime, dan ekstrimisme," ujar Tito.

Lebih jauh ia mengatakan, kesenjangan sosial, demokratisasi dan liberalisasi menjadi tiga dari sekian banyak faktor yang bisa mengancam kebhinekaan. Ketiga hal itu pula yang banyak mempengaruhi sebagian masyarakat terjebak menjadi bagian dari teroris.

Peran akademisi atau kaum intelektual sangat dibutuhkan untuk menjadi penyeimbang agar stabilitas keamanan terjaga. "71 tahun Indonesia merdeka masih banyak kesenjangan terjadi. Ini bisa jadi faktor yang bisa menimbulkan ketegangan," katanya.

Kalangan intelektual ia nilai memiliki daya kritis dan rasional yang diharapkan bisa menjadi penengah maupun memberikan pemikiran yang produktif dalam rangka memecahkan permasalahan kebangsaan. (nda)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harimau Malaysia Dilarang Terbang ke Korea Utara


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler