jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR RI Didik Mukrianto mengingatkan kepada Polri tidak berhenti mendalami pihak yang bertanggung jawab dalam Tragedi Kanjuruhan.
Walakin, Polri di sisi lain telah menetapkan enam tersangka dalam tragedi yang terjadi seusai pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya.
BACA JUGA: Soal Tragedi Kanjuruhan, FIFA Tak Menjatuhi Sanksi Administratif Ke Indonesia
"Dengan kemungkinan adanya pelaku-pelaku lain yang terlibat, baik itu pelanggar etik maupun pelaku pelanggaran pidana," kata legislator Fraksi Partai Demokrat itu melalui layanan pesan, Jumat (7/10).
Didik pun berharap penyidik Polri bisa mempertimbangkan rekomendasi Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) ketika mengusut pihak yang bertanggung jawab di Tragedi Kanjuruhan.
BACA JUGA: DPR Ingatkan Polri Jangan Mengalihkan Masalah Inti Dalam Tragedi Kanjuruhan
"Kepentingan besarnya bisa mengawal penuntasan kasus ini bisa berjalan secara adil, transparan, profesional, dan akuntabel, serta tidak ada obstacle dalam pelaksanaannya," kata dia.
Polri menetapkan enam tersangka terkait tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang menewaskan ratusan orang pada Sabtu (1/10) lalu.
BACA JUGA: Aksi Heroik Polwan Selamatkan Influencer di Tragedi Kanjuruhan
Pengumuman tersangka itu disampaikan langsung oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Mapolres Malang, Kamis (6/10).
Kapolri mengatakan sebelum melakukan penetapan tersangka, penyidik sudah menggelar perkara dan meyakini punya alat bukti permulaan yang cukup.
"Berdasarkan gelar perkara dan alat bukti permulaan yang cukup ditetapkan saat ini enam tersangka," kata Sigit.
Satu dari enam tersangka itu merupakan Direktur Liga Indonesia Baru (LIB) Akhmad Hadian Lukita.
"Dia bertanggung jawab untuk memastikan setiap stadion untuk memiliki sertifikat layak fungsi. Namun, pada saat menunjuk stadion (Kanjuruhan) persyaratanya layak fungsi belum dicukupi," ujar Kapolri.
Kemudian, tersangka berikutnya Abdul Haris yang merupakan Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan dan Suko Sutrisno selaku Security Officer Arema.
Lalu tiga tersangka lainnya merupakan anggota Polri.
"Saudara H, anggota Brimob Polda Jatim. Yang bersangkutan memerintahkan anggotanya untuk melakukan penembakan gas air mata," kata Sigit.
Lalu, tersangka BSA yang menjabat sebagai Kasat Samapta Polres Malang.
"Yang bersangkutan juga memerintahkan penembakan gas air mata," ujar Sigit.
Kemudian tersangka terakhir ialah Wahyu SS selaku Kabag Ops Polres Malang.
"WS mengetahui terkait adanya aturan FIFA mengenai larangan gas air mata. Yang bersangkutan tidak mencegah atau melarang pemakaian gas air mata," ujar Sigit. (ast/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur : Friederich Batari
Reporter : Aristo Setiawan