jpnn.com - MALINAU - Bagi masyarakat Kabupaten Malinau, sosok polisi wanita (Polwan) yang satu ini sudah tidak asing lagi. Apalagi, selama bertugas di Kepolisian Resor (Polres) Malinau, keseharian Bripka Ika Setiawati bertugas di jalan raya.
Setelah dua bulan menjalani tahap pendalaman di Polres Malinau, gadis cantik kelahiran Lamongan, Jatim ini merasakan segudang pengalaman menarik ketika mulai berseragam Polri. Bermodal paras ayu plus lemah-lembut, kemunculan Bripda Ika bisa sampai membuat pelanggar kena tilang malah bahagia.
BACA JUGA: Tiga Napi Kabur Belum Ketangkap, Pengamanan Lapas Ini Diperketat
Saat terjun ke lapangan bersama para senior dalam operasi lalu lintas belum lama ini, gadis yang hobi membaca ini membuat kesengsem tukang ojek.
“Waktu saya tanyain surat-surat motornya, enggak nyahut dia, malah melongo. Wuih cantiknya mbak, sering-sering aja razia, gitu katanya,” kata Ika sembari tertawa menirukan ucapan tukang ojek tersebut.
BACA JUGA: Risma: Jangankan Itu, Berdoa Saja Saya Nggak Berani
Menghadapi pengendara usil tersebut, tak sedikit pun kesal atau gerah di hati gadis 21 tahun yang memiliki dua lesung pipi itu.
“Santai aja,paling saya cuma senyum,” ujar anak pasangan Suharti dan Sitam itu dengan gaya manjanya.
BACA JUGA: Walah... DBH Migas Kepri Dipotong Rp 1,4 Triliun
Di masa tugasnya yang masih dalam tahap pendalaman, para Polwan baru memang wajib mengenali tugas-tugas yang ada di masing-masing kesatuan. Pernah nyicipi tugas di Satlantas, Ika juga pernah ngerasain ikut operasi Penyakit Masyarakat (Pekat) di sebuah hotel.
Kalau di jalan Ika masih bisa senyum saat digodain pelanggar lalu lintas, saat operasi pekat dia harus menghadapi ulah masyarakat yang nampak sinis dengan tugas polisi.
“Yang saya geledah itu perempuan. Tapi dia agak berontak, katanya paling gak suka diraba-raba,” ujar wanita kelahiran 30 Agustus 1993 saat ditemui di Polres Malinau, Selasa (14/4).
Menanggapi itu, sulung dari tiga bersaudara ini berusaha menjawab dengan bijak dan santun. Dia mencoba menjelaskan bahwa yang dijalankannya itu sesuai dengan prosedur dan merupakan bagian dari tugas Kepolisian. Maklum yang tersimpan dibenaknya.
“Saat operasi pekat saya bisa mengenali bagaimana kejahatan itu ada di masyarakat,” tuturnya.
Mendapat pengalaman tak mengenakan, Ika mengaku risiko apapun yang dihadapi saat bertugas di lapangan siap dia hadapi. Apalagi kala mengingat komitmen awalnya untuk terjun di korps berbaju cokelat ini.
Dia menceritakan, perjalanan awal ketika ia hendak menjadi anggota Polri cukup panjang. Selepas SMA, dia sempat menempuh pendidikan di Fakultas Manajemen Universitas Borneo Tarakan hingga semester IV. Ketika kuliahnya tengah berada di persimpangan jalan itu, dia nekat mendaftarkan diri sebagai calon bintara Polri melalui jalur penerimaan Tarakan.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Melalui beberapa tahapan seleksi, akhirnya dia berhasil lolos. Berkat tekadnya itu kini ia telah menyandang pangkat Brigadir Polisi Dua (Bripda).
Status masyarakat sipil pun ditinggalkan. “Dulu pernah kuliah karena ngisi kekosongan aja setelah lulus SMA. Tapi cita-citanya memang menjadi Polwan,” kisahnya.
Dia mengaku tak merasa rugi kuliahnya putus di tengah jalan demi menjadi polisi.
“Niatnya kuliah mencari ilmu. Toh kalau pendidikan itu meski sedikit pasti bermanfaat. Untungnya juga bisa mengenal banyak orang,” tukasnya.
Dia menyebutkan, pernah sesekali terlintas di benaknya ingin kuliah di bidang kesehatan, tapi dia mikir mahalnya biaya.
“Kalau jadi polisi kan untung. Seleksinya enggak pakai biaya, tapi bisa langsung kerja. Itung-itung bisa meringankan beban orang tua,” ceritanya.
Sama dengan rekan-rekanya yang lain, saat pertama merasakan tugas di Bumi Intimung -- julukan Kabupaten Malinau, dia berupaya mengenali karakter masyarakat.
“Saya sangat senang bertugas di Malinau, masyarakatnya baik. Saya lihat kondisi lingkungan di Malinau ini cukup nyaman. Tingkat kejahatannya tergolong kecil. Cocok lah bagi polisi yang baru belajar dan pertama tugas seperti saya,” kata gadis murah senyum ini.
Atas pengalamanya itu, dia coba meyakinkan rekan-rekannya di luar sana, bahwa menjadi Polwan adalah pekerjaan yang sangat mengasyikkan. Jauh dari kesan ekstrim. Menjalani profesi yang dikenal sebagai pelindung dan pengayom masyarakat ini, Bripda Ika menegaskan tidak sedikit pun mengganggu aktivitasnya sebagai gadis remaja pada umumnya.
“Sesekali juga nongkrong dan nonton dan masak bareng sama teman-teman,” tuntas gadis yang enggan ditanyai masalah pacar ini.(*/umy/ris/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Oknum Brimob Ini Terlibat Pencurian Mesin Generator Indosat dan XL
Redaktur : Tim Redaksi