Popularitas Puan Meningkat Gegara Baliho, Hampir Mengejar Ganjar Pranowo

Senin, 09 Agustus 2021 – 08:51 WIB
Salah satu spanduk Puan Maharani. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Popularitas Ketua DPR RI Puan Maharani terus meningkat seiring pemasangan baliho yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia.

Hal itu disampaikan Pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi yang  aktif memantau media sosial selama sebulan terakhir.

BACA JUGA: Survei Capres: Baliho Puan di Mana-Mana, Ganjar Malah Makin Digdaya

Meningkatnya popularitas Puan Maharani itu berdasarkan analisis Drone Emprit setelah monitor percakapan di platform online berdasarkan big data.

Drone Emprit melakukan monitor pada periode 7 Juli 2021 sampai 7 Agustus 2021.

BACA JUGA: Ganjar Pranowo Bertanya kepada Warga Grobogan: Mas, Sampeyan Ngopo?

Dari sejumlah tokoh politik yang memasang baliho, dia menyebut hanya Puan yang popularitas atau exposure-nya (share of voices) di berita online dan Twitter bertengger di urutan empat besar.

Exposure masing-masing tokoh di berita online dan Twitter mulai dari yang teratas yakni Anies baswedan (43%-50%), Ganjar Pranowo (25%-27%), Ridwan Kamil (19%-12%), dan Puan Maharani (13%-12%).

BACA JUGA: Malam Itu Keluarga Darsono Bertemu Petugas Makam yang Kelelahan, Sepakat Rp5 Juta

“Anies paling banyak diserang di medsos, popularitasnya selalu tertinggi. Puan makin populer, lewat baliho yang banyak disindir dan jadi meme netizen,” kata Ismail lewat akun pribadinya di Twitter Minggu (8/8).

Awak JPNN.com mengonfirmasi Ismail dan memperoleh persetujuan untuk mengutip kalimatnya tersebut.

Dia menambahkan, tren popularitas Puan, wanita berusia 47 tahun itu, dalam sebulan terakhir hampir mengejar Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Fahmi menjelaskan, popularitas merupakan gabungan percakapan yang bernada positif, negatif, dan netral.

“Tak peduli sentimennya apa,” ujar doktor Ilmu Informasi dari Universitas Groningen, Belanda, ini.

Dari popularitas, lanjut dia, diharapkan akan naik favorabilitasnya (sentimen positif-negatif), lalu dikapitalisasi jadi elektabilitas.

“Teorinya begitu. Kenyataan di lapangan bisa bermacam-macam faktor yang berpengaruh,” kata Ismail. (ddy/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur : Soetomo
Reporter : Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler