Posko Antemortem, Tes DNA Sampai Penanganan Sengketa Ahli Waris

Rabu, 31 Desember 2014 – 10:05 WIB
Ratusan keluarga korban hilang bersama pesawat AirAsia QZ-8501, menggelar do'a bersama lintas agama di ruang Crisis Center, Terminal 2 Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, Senin (29/12). Foto: Andy S/Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com - SURABAYA - Upaya menjaga kesehatan dan mental keluarga penumpang AirAsia QZ8501 dilakukan instansi gabungan. Namun, layanan kesehatan dan konseling psikologi yang disediakan terkesan ’’menunggu bola’’.

Kantor maskapai penerbangan di sebelah timur crisis center gedung penumpang Terminal 2 (T2) Bandara Juanda, Sidoarjo, Senin (29/12) terlihat ramai. Sejumlah anggota polisi dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Polda Jatim, pegawai negeri sipil dari instansi pemerintah, serta psikolog dari beberapa perguruan tinggi tampak berseliweran. Mereka hilir mudik keluar masuk lorong posko kesehatan dan layanan konseling bagi keluarga penumpang pesawat AirAsia QZ8501.

BACA JUGA: Kumpulkan Sumbangan Buat Korban AirAsia QZ8501

Posko ante mortem juga disiapkan Biddokes selaku Tim Disaster Victim of Identification (DVI). Sampai hari kedua kemarin petang, baru segelintir keluarga penumpang yang memanfaatkan fasilitas tersebut.

’’Mungkin banyak yang belum mengetahui adanya posko ini. Kami menyiapkan tenaga yang siap membantu selama dibutuhkan,’’ ungkap Ketua Tim Biddokes Polda Jatim Kombespol Budiyono.

BACA JUGA: Ombak Tinggi, Belum Temukan Tanda Ada Jenazah Lagi

Keluarga yang datang ke posko rata-rata mengeluhkan kondisi kesehatan mereka yang menurun lantaran dua hari menunggu kabar hasil pencarian pesawat AirAsia yang kehilangan kontak dalam penerbangan dari Surabaya ke Singapura itu.

’’Barusan ada ibu-ibu berumur 50 tahun yang mengecek tensi tekanan darahnya naik. Setelah kami cek, tensinya mencapai 160,’’ ujar relawan kesehatan Yulia R.D. di posko kesehatan.

BACA JUGA: Muncul Awan Cumulonimbus di Area Evakuasi

Selain belum banyak yang tahu, kunjungan keluarga penumpang ke posko itu sepi karena tidak adanya program ’’jemput bola’’ seperti yang dilakukan petugas saat menangani keluarga penumpang Malaysia Airlines MH370 yang hilang awal Maret lalu. Layanan petugas di crisis center Kuala Lumpur terkesan lebih proaktif. Petugas mendatangi satu per satu keluarga penumpang, memberikan konseling, sekaligus menenangkan kondisi psikologis keluarga penumpang.

Kombespol Budiyono menuturkan, keberadaan posko ante mortem itu disiapkan sebagai langkah dini. Tidak sebatas mengidentifikasi keluarga korban, tapi juga untuk menyiapkan aspek hukum dan sosial yang ditimbulkan dari identifikasi. Contohnya untuk menghindari sengketa ahli waris hingga perebutan harta dari klaim asuransi. Sengketa dapat diminimalkan melalui pengujian yang terukur dengan menggunakan tes DNA. (sep/awa/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Keluarga Terkejut, Kosuma Pamitan tak Bilang Mau ke Singapura


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler