PPATK Temukan Fakta Baru soal Dugaan Penyelewengan Dana ACT, Sangat Mengejutkan

Rabu, 06 Juli 2022 – 16:20 WIB
Ketua PPATK Ivan Yustiavandana saat memberikan keterangan di kantornya, Rabu (6/7). Foto: Fransiskus Adryanto Pratama/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA PUSAT - Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) telah menganalisis lembaga filantropi Aksi Cepat Tanggap (ACT) sejak 2018.

Ketua PPATK Ivan Yustiavandana mengatakan pihaknya menelusuri penghimpunan dana publik dan transaksi keuangan yang dilakukan oleh ACT.

BACA JUGA: Selain Menilap Dana Umat, Petinggi ACT Juga Diduga Menipu, Sungguh Keterlaluan

Ivan menyebutkan dasar hukum pengawasan pengumpulan dan penyaluran dana publik untuk pemberian bantuan diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2017.

"Peraturan telah jelas mengatur tiap lembaga atau organisasi masyarakat yang menghimpun dan penyaluran sumbangan untuk melakukan prinsip-prinsip kehati-hatian dan harus dikelola secara akuntabel," kata Ivan di Gedung PPATK, Jakarta Pusat, Rabu (6/7).

BACA JUGA: PPATK Blokir 60 Rekening Milik ACT, Fakta Mengejutkan Terungkap

Menurut Ivan, perputaran dana yang masuk melalui ACT tersebut mencapai satu triliun rupiah per tahunnya.

Ivan mengatakan pengelolaan keuangan yang mengalir di ACT tersebut diduga bukan menghimpun dana untuk langsung dialirkan kepada tujuan sumbangan, tetapi dikelola secara bisnis.

BACA JUGA: Jawab Tudingan Terima Dana Umat dari ACT, Ustaz Hilmi Firdausi Beberkan Bukti Penting

"Kami menduga ini merupakan transaksi yang dikelola dari bisnis ke bisnis, sehingga tidak murni menghimpun dana kemudian disalurkan kepada tujuan. Sebenarnya dikelola dahulu, sehingga terdapat keuntungan di dalamnya," kata Ivan.

PPATK juga menemukan sebuah kasus yang melibatkan salah satu entitas perusahaan yang melakukan transaksi dengan yayasan ACT senilai Rp 30 miliar.

Mengejutkan. Ternyata pemilik perusahaan tersebut, salah satu pendiri ACT.

"Kami menemukan ada transaksi lebih dari dua tahun senilai Rp 30 miliar yang ternyata transaksi itu berputar antara pemilik perusahaan yang notabene juga salah satu pendiri yayasan ACT," kata Ivan.

ACT, organisasi nirlaba yang berdiri pada 2005 itu mengalami gonjang-ganjing akibat adanya penyelewengan dana.

Konon pejabat ACT mendapat gaji Rp 250 juta per bulan dan mendapat fasilitas operasional berupa satu unit Toyota Alphard, Mitsubishi Pajero, dan Honda C-RV. (cr3/jpnn)


Redaktur : Mufthia Ridwan
Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler