PPKM Dikaitkan dengan Taktik Perang, Sebut Berlama-lama di Lorong Gelap

Selasa, 03 Agustus 2021 – 19:05 WIB
Ilustrasi - Ketua Koordinator Bidang Kebijakan Publik dan Isu Strategis DPP partai NasDem Suyoto (kanan) memberikan keterangan pers kepada wartawan di Ambon, Rabu (9/6) malam. (Foto: ANTARA/Jimmy Ayal)

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Koordinasi Bidang Kebijakan Publik dan Isu Strategis DPP Partai NasDem Suyoto mengaitkan perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 dengan taktik perang.

Menurutnya, perpanjangan tepat diambil pemerintah sebagai taktik perang melawan COVID-19.

BACA JUGA: Ace Soroti Pendistribusian Bansos di Masa PPKM Level 4, Tegas!

"NasDem tak mempermasalahkan keputusan pemerintah yang melanjutkan kebijakan PPKM level 4 hingga 9 Agustus 2021," ujar Suyoto dalam siaran persnya, di Jakarta, Selasa (3/8).

Namun, mantan Bupati Bojonegoro, Jawa Timur, itu memberikan catatan.

BACA JUGA: Merasa Dicurangi Pada Seleksi CASN 2021? Laporkan ke Ombudsman

Menurutnya PPKM harus tetap mengedepankan protokol kesehatan.

Karena tanpa disiplin 3 M (menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak) dan 3 T (tracing, testing, treatment), serta percepatan vaksinasi, sama halnya dengan membiarkan seluruh rakyat berlama-lama di lorong gelap.

BACA JUGA: Sembuh COVID-19 Malah Mengeluh Nyeri Sendi dan Otot, Begini Penanganannya

"PPKM level 4 harus disertai ketiganya, secara simultan di semua level pemerintahan," ucapnya.

Suyoto meyakini masyarakat dan para pengusaha akan mendukung kebijakan tersebut.

Asal ada komunikasi yang jelas, terbuka dari pemerintah.

Dia juga menegaskan, tanpa dukungan semua pihak, perang melawan COVID-19 tidak akan selesai dalam waktu cepat.

Ongkos ekonomi dan sosial dari PPKM akan tidak banyak bermakna jika taktik lainnya tidak simultan dilakukan.

"Jadi, kalau ada yang menggerutu dengan PPKM bisa jadi bukan karena tidak setuju, melainkan keberatan karena harus mengeluarkan ongkos tanpa adanya sebuah kepastian usaha yang diyakini," ucapnya.

Dia menyebutkan bagi seorang pengusaha rugi itu biasa, tetapi ketidakjelasan gambaran adalah petaka.

Riak-riak kegelisahan sosial akhir-akhir ini perlu dibaca sebagai harapan untuk mendapatkan sinar terang.

"Mari membangun cahaya terang di ujung lorong ini," katanya.

Suyoto menjelaskan, melawan Corona ibarat sebuah perang yang musuhnya tidak kasat mata.

Senjata utama musuh adalah tubuh manusia.

Selama masih ada virus dalam tubuh yang menular ke pihak lain, sementara kekebalan tubuh seluruh rakyat belum terbentuk, maka perang masih akan terus berlanjut.

"Ini perang yang kompleks dan rumit, musuhnya bisa diri kita sendiri. Karena itu diperlukan strategi yang sistematis, melibatkan setiap orang, terstruktur dan dengan senjata yang lengkap (sebut saja perang semesta)," pungkas Suyoto.(Antara/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler