jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi X DPR Elnino M Husein Mohi mengkritisi hasil seleksi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) guru tahap II.
Sebab, kata Elnino, hasil seleksi PPPK guru tahap II itu masih memunculkan kekecewaan guru honorer negeri.
BACA JUGA: Ada Desakan Seleksi PPPK Guru Tahap 3 Tidak Digelar, Langsung Optimalisasi Saja
Dia menuturkan banyak guru honorer sekolah negeri yang tidak lulus seleksi karena tak memiliki sertifikat pendidik (serdik).
Politikus Partai Gerindra ini menyatakan penilaian seleksi hanya menggunakan komputerisasi, sehingga banyak guru honorer negeri yang tersingkir.
BACA JUGA: Penetapan NIP PPPK Guru: Ini 10 Dokumen yang Harus Disiapkan Honorer
Sebab, kata dia, sistem tersebut hanya mempertimbangkan afirmasi peserta yang berserdik.
"Pokoknya, di mata robot itu kalau berserdik nilainya ditambah sangat banyak. Kalah, deh, K2 yang belum berserdik," kata Elnino melalui layanan pesan, Jumat (24/12).
BACA JUGA: Penetapan NIP PPPK Guru: BKN Minta Honorer Hati-Hati Mengisi DRH, Tidak Teliti Fatal Akibatnya
Dia menyatakan seharusnya seleksi PPPK tidak diserahkan kepada sistem komputerisasi yang akhirnya mengganjal kelulusan para guru honorer di sekolah negeri.
"Akhirnya jadi begitu, guru swasta yang nilainya kurang, tetapi berserdik mengalahkan guru honorer negeri yang nilainya lebih tinggi maupun pengabdiannya lebih lama dan umurnya lebih tua," tutur Elnino.
Sebelumnya, pengumuman kelulusan PPPK guru tahap 2 masih menimbulkan kekecewaan honorer negeri. Mereka memang melampaui passing grade, tetapi tersingkir oleh guru swasta berserdik.
"Pada seleksi PPPK guru tahap II, banyak guru honorer kalah telak dengan guru swasta berserdik," kata anggota Dewan Pembina Perkumpulan Honorer K2 Indonesia (PHK2I) Titi Purwaningsih kepada JPNN.com, Kamis (23/12).
Dia mengungkapkan banyak guru honorer K2 yang lulus passing grade. Sayangnya mereka kalah ranking dengan guru berserdik. Selain itu, formasinya pun terbatas.
Titi merasa prihatin karena laporan guru honorer K2, nilai passing grade kompetensi teknis mereka lebih tinggi dibandingkan peserta berserdik.
Dia menyebut banyak peserta berserdik nilai teknisnya di bawah 100 poin. Sementara, honorer K2 di atas 200. "Coba bandingkan, ya, nilai murni kompetensi teknis honorer K2 sebanyak 255 poin, guru swasta 70. Pintaran mana?" ujarnya.
Namun, lanjutnya, ketika hasil diumumkan yang lulus guru swasta. Sebab, mereka memiliki afirmasi kompetensi teknis 500 poin karena memiliki serdik. Guru honorer K2 hanya mendapatkan afirmasi 125 poin sehingga bila diakumulasi nilainya 380 poin.
Dari sini kata Titi, bisa dilihat bagaimana guru honorer K2 berusaha semaksimal mungkin untuk lulus. Sayangnya karena afirmasi yang perbedaannya bagai langit dan bumi itu membuat mereka tersingkir. "Ini peserta punya serdik mengerjakan soal teknis asal-asalan, tetapi lolos," ucapnya. (ast/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur : Boy
Reporter : Aristo Setiawan