jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik dari POINT Indonesia, Karel Susatyo mengatakan Prabowo Effect tak bisa mempengaruhi kadernya untuk duduk di Senayan. Ia mencontohkan kasus kemungkinan gagal lolosnya Ketua Umum Partai Gerindra Prof Suhardi ke Senayan dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) lalu.
"Ini uniknya Gerindra. Suara naik 7 persen tapi ketumnya gagal ke senayan untuk kedua kalinya. Pasti masalahnya ada pada kapasitas dan kapabilitas yang minim dari seorang Suhardi sebagai politisi," kata Karel, Minggu (4/5).
BACA JUGA: PKS Sodorkan Tiga Nama untuk Pendamping Prabowo
Karel mengakui secara pribadi, Suhardi dikenal sebagai sosok yang ramah, jujur dan memiliki integritas tinggi. Tetapi, secara mengejutkan hanya mendapatkan suara sekitar 60-70 ribuan suara yang berujung gagal melaju ke DPR. Suhardi bukan seorang politikus tangguh tetapi hanya seorang administrator di dalam Gerindra.
Diakui pula Karel bahwa isu pelanggaran HAM yang kerap diarahkan ke Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto pada masa lalu, memiliki pengaruh di pemilih kelas menengah. Makanya, sebagian kader yang bertarung di daerah yang pemahamannya terhadap Prabowo akan sulit untuk mendapatkan suara.
BACA JUGA: Desakan Mundur HT dari Hanura Dianggap tak Beretika
Seperti diketahui, masyarakat Yogyakarta sebagai salah satu Dapil dari Suhardi dikenal cerdas dan memiliki "ilmu titen" atau mengamati dan mencatat perilaku seseorang, dan pada saat yang diperlukan akan dipakai untuk mengambil keputusan, ternyata masyarakat yang tidak pernah lupa.
Sepertinya jejak sejarah tersebut membekas betul di benak masyarakat Yogyakarta. Masyarakat pun menghukum mereka yang dekat Prabowo, seperti Prof Suhardi.
"Makanya kalau dia bisa jelaskan posisi dia dalam pelanggaran ham secara terbuka kepada publik itu bagus. Kalo publik anggap dia tak terlibat maka dia bisa banjir dukungan. Tapi sebaliknya kalau publik anggap dia adalah dalangnya maka ke prabowo akan gembos," katanya
BACA JUGA: Jokowi Butuh JK dan Abraham Samad
Ditambahkannya, Prabowo juga janji ketika sowan ketemu Agum Gumelar bahwa dia akan jelaskan semuanya secara terbuka. "Kalo kesatria prabowo harus berani membuka selubung isu yang selama ini menjadi aib," tegasnya.
Sebelumnya, Suhardi menyatakan suaranya gembos karena gencarnya praktek politik uang di dapilnya. Menurut dia, praktek money politics dilakukan dengan beragam cara.
Meski begitu, Suhardi kesulitan membuktikan temuan politik uang tersebut. Terlebih, sampai bisa menyeret temuan tersebut ke ranah pidana. Di sisi lain, menurut Suhardi, dapil Yogyakarta merupakan salah satu yang terberat. Sebab, banyak caleg potensial yang bertarung memperebutkan kursi di Senayan. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Siapa pun Pendamping Jokowi, Pilpres Dua Putaran
Redaktur : Tim Redaksi