jpnn.com - JAKARTA – Keterpilihan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa terus meningkat. Bahkan pasangan nomor urut dua ini sudah melewati titik persimpangan dan melampaui elektabilitas Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Pernyataan ini disampaikan Dewan Pakar Prabowo-Hatta, Prof Didik J Rachbini menanggapi survei Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis). Elektabilitas Prabowo-Hatta mencapai 44,64 persen sedang Jokowi-JK sebesar 42,79 persen. Sementara suara mengambang sebesar 12,57 persen.
BACA JUGA: AS Nilai Pemerintah RI Semangat Lakukan Reformasi Birokrasi
“Tren Prabowo memang kuat dan terus menguat, itu susah berubah lagi dalam jangka pendek," kata Didik J Rachbini saat dihubungi, Senin (16/6).
Didik menjelaskan elektabilitas Jokowi telah mencapai puncaknya dan kemudian masuk dalam tren turun sejak bulan Oktober 2013. "Mula-mula selisih mereka nyaris 30 persen, dimana Jokowi lebih tinggi," katanya.
BACA JUGA: KJS Dinilai Belum Sukses, Tak Layak jadi Skala Nasional
Pada Desember 2013, selisih itu mencapai 20 persen antara eletabilitas Prabowo-Hatta dengan Jokowi-JK. Penururan itu berlanjut Januari Februari 15 persen dan Maret 10 persen. "Mei mencapai 5 persen dan sekarang Prabowo melampaui Jokowi, "kata Didik.
Menurut Didik tren itu tak hanya di Jakarta tapi beberapa provinsi lain. "Sebelum Oktober tahun lalu, provinsi seperti Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Banten, Jawa Barat dan di Jatim, elektabilitas Prabowo lebih rendah, tapi sekarang Prabowo lebih tinggi" ujarnya. Jadi kondisinya sudah berubah total.
BACA JUGA: Klaim 1.500 Kyai Sepuh Dukung Prabowo-Hatta
Didik mengatakan survei adalah cerminan dari penilaian masyarakat terhadap Jokowi. "Mana ada program-program Jokowi yang benar-benar berhasil, misalnya kemacetan. Lalu masalah monorel," katanya.
Pria yang juga mantan calon wakil Gubernur DKI mendampingi Hidayat Nur Wahid itu mengatakan bahwa ada juga program Jokowi berhasil, namun skalanya tidak menunjukan sebuah perubahan besar. "Soal penertiban Tanah Abang dan Blok G kan solusi kecil diantara masalah negara Indonesia yang besar dan tidak bisa jadi tolok ukur keberhasilan. Ini salah satu sebab, tren Jokowi menurun dan Prabowo terus meningkat," katanya. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Soal TPID, Jokowi Salah Alamat
Redaktur : Tim Redaksi