jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi menilai, para pendukung setia Prabowo Subianto akan terpecah jika Ketua Umum DPP Partai Gerindra tersebut bersedia menjadi cawapres mendampingi Joko Widodo.
Pasalnya, sebagian besar kader Gerindra menginginkan Prabowo jadi capres bukan cawapres.
BACA JUGA: Prabowo Minta Konsesi Besar jika jadi Cawapresnya Jokowi
"Saya kira sebagian pemilih 'die hard' Prabowo akan kecewa, andai terjadi duet 'maut' Jokowi-Prabowo," ujar Ari kepada JPNN.
Meski kecewa, pengajar di Universitas Indonesia ini meyakini, persentase pemilih Prabowo yang bakal mengalihkan dukungan ke pasangan calon presiden lain, tidak begitu besar dibanding yang memilih tetap setia mendukung mantan Danjen Kopassus tersebut.
BACA JUGA: Pengamat: Memilih Prabowo Bukan karena Kagum tapiâ¦
"Akan tetap lebih besar yang menyetujui dan mendukung Prabowo untuk menggapai kekuasaan, meski hanya sekadar menjadi calon wakil presiden Jokowi. Bukankah kesempatan terakhir dilihat dari kalkulasi momentum hanya di pilpres 2019 saja," sambungnya.
Saat ditanya, peluang Prabowo memilih tidak maju kembali di Pilpres 2019, Ari menilai cukup besar.
BACA JUGA: Pak Jokowi Punya Waktu 6 Bulan Lagi untuk Cari Cawapres
Menurutnya, peluang Prabowo menang yang cukup tipis. Belum lagi dukungan finansial yang minimal, serta kumulatif suara raihan parpol-parpol pendukung yang tidak mencapai batas minimal untuk mengusung sendiri pasangan capres-cawapres.
Ditambah faktor kekalahan Prabowo terdahulu setelah dua kali ikut pemilu dan gagal.
"Belum lagi faktor kesehatan dan umur Prabowo di 2019. Perlu diketahui juga, faktor psikologis personal yang gagal berkali-kali juga ikut memengaruhi. Gagal sebagai wapres di pilpres 2009, kalah di pilpres 2014, serta dipaksakan lagi maju di 2019, tentu menjadi handicap tersendiri," pungkas Ari.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Sebaiknya Berpasangan dengan Jusuf Kalla Lagi
Redaktur & Reporter : Ken Girsang