BACA JUGA: Somchai Rencanakan Minta Saran Raja Bhumibol Adulyajej
Menggantikan sorak-sorai pesta, Prancis lebih memilih menyelenggarakan kegiatan intelektual bertema pekan Levi-StraussParade film yang diangkat dari dasar-dasar pemikiran dan buah-buah karyanya tersebut diputar di kampus-kampus
BACA JUGA: Mumbai Attack Akibat Keteledoran Intelijen
Beberapa perguruan tinggi ternama juga sengaja mengadakan kuliah umum tentang tokoh kelahiran Brussels, Belgia, ituBACA JUGA: Robot Prajurit AS Telan Rp 51,5 T
Muse du Quai Branly, museum yang dibangun karena terinspirasi pemikiran Levi-Strauss, menggratiskan tiket masuk mulai pukul 11.00 hingga pukul 21.00 waktu setempatSekitar 100 dosen dan penulis Prancis membacakan dan membahas karya-karya Lvi-Strauss di museum dekat Menara Eiffel tersebut"Levi-Strauss sudah sangat baik kepada kami," ujar Stephane Martin, pimpinan museum, pada Jumat.
Berkat Levi-Strauss, imbuh Martin, museum yang bangunannya diarsiteki Jean Nouvel itu menjadi terkenal di seluruh dunia"Museum ini telah menjelma menjadi sebuah forum dengan berbagai sudut pandang," ujarnya, seperti dilansir International Herald TribuneDia menambahkan, dengan mewujudkan pemikiran Levi-Strauss di museum tersebut, Prancis sedikit banyak ikut menggiring masyarakat Barat dari belenggu paham etnosentris atau meremehkan peradaban lainSebab, memang itu pokok pikiran berbagai karya Levi-Strauss
Pada hari yang sama, bersama Menteri Kebudayaan Prancis Christine Albanel serta Menteri Pendidikan Tinggi dan Riset Valerie Pecresse, Martin meresmikan teater museumTeater itu sengaja diberi nama Levi-Strauss untuk menghargai jasa putra pelukis Prancis tersebut
"Tiap tahun, pemerintah akan menyediakan hadiah senilai FRF 100.000 (sekitar Rp 247,5 juta) atas nama Levi-Strauss bagi periset yang mengabdikan diri pada ilmu-ilmu kemanusiaan," tutur Pecresse.
Hingga akhir pekan lalu, museum yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Quai Branly Museum (MQB) itu masih berhias dokumentasi penulis Tristes Tropiques tersebutArtefak-artefak favorit Levi-Strauss juga banyak dipajang di MQBKali pertama mengunjungi museum itu pada 2006, Levi-Strauss yang juga kolektor menyesal telah menjual sebagian koleksinya"Ada beberapa jenis koleksi menarik yang terpaksa dia jual untuk membiayai perceraian," ujar Martin
Hingga saat ini, masyarakat Prancis masih menjadikan Levi-Strauss sebagai ikon budaya Negeri Anggur tersebutBuku karangannya, Tristes Tropiques, disebut-sebut sebagai buah meditasi antropologiBuku itu dia tulis berdasar pengalaman perjalanannya ke Brazil dan negara-negara lain pada 1930-anDitambah beberapa karyanya yang lain, Levi-Strauss sukses menjadi acuan para filsuf Prancis.(hep/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pintu Belakang Taj Mahal Hotel Tanpa Metal Detector
Redaktur : Tim Redaksi