RECIFE - Dua kota dengan suhu tropis sudah menyapa Italia dalam dua laga di penyisihan Grup D. Setelah meraih kemenangan 2-1 atas Inggris di Manaus, hasil pahit harus mereka dapatkan di Recife. Bertarung di Arena Pernambuco, Recife, Gli Azzurri (julukan Italia) menyerah 0-1 pada Kosta Rika.
Penggawa Italia terbukti mampu melewati ujian di Manaus yang terletak di tengah hamparan Hutan Amazon. Tapi, panasnya Recife, yang waktu kickoff laga pada pukul 13.00 waktu setempat suhunya mencapai 31 derajat Celsius, membuat Italia tersungkur.
Pelatih Italia Cesare Prandelli mengakui hal itu tak bisa dijadikan alasan kekalahan Italia dari Kosta Rika. Tak ada gunanya bagi dia dan timnya untuk mengeluarkan pernyataan negatif tentang kondisi di Recife. Dia hanya meminta timnya langsung mengarahkan fokus pada laga berikutnya, melawan Uruguay.
"Rasanya kami tidak perlu bersikap negatif saat ini. Kami harus memikirkan cara untuk memulihkan energi karena dalam waktu beberapa hari lagi kami harus melawan Uruguay dan laga itu akan menjadi penentu lolos atau tidaknya kami," urai Prandelli pada Sky Sports.
Sulitnya, laga berikutnya juga berlangsung di kota dengan suhu tropis lainnya, yaitu Natal (Arena das Dunas). Sama dengan laga melawan Kosta Rika, kickoff laga berlangsung pada pukul 13.00 waktu setempat. Italia hanya perlu hasil seri untuk menggengam tiket babak 16 besar.
"Tak ada gunanya menyalahkan panasnya suhu. Kini, kami selain harus memilihkan kondisi fisik juga memulihkan kondisi mental," sambungnya.
Italia kecolongan gol satu menit menjelang turun minum. Kapten Kosta Rika Bryan Ruiz memanfaatkan crossing brilian dari sisi kanan perthanan Italia yang dilakukan Junior Diaz. Di sisi lain, Kosta Rika mampu meredam agresifitas Italia dengan pertahanan yang rapat.
Prandelli tak mau disebut menerapkan taktik yang keliru menghadapi Kosta Rika. Menurutnya, lawannya tampil di luar dugaan, sangat agresif. Sempat mendapatkan dua peluang emas melalui Mario Balotelli di babak pertama, Italia tak membahayakan gawang Kosta Rika yang dijaga Keylor Navas di babak kedua.
Padahal, di babak kedua Prandelli menurunkan tiga penyerang yang fresh, Antonio Cassano, Lorenzo Insigne dan Alessio Cerci. Serangan memang lebih variatif. Tapi, mereka tak mendapatkan ruang untuk melakukan tembakan.
"Kosta Rika bukan tim kejutan. Mereka terorganisasi dengan baik. Mereka juga menonjol secara individu. Mereka memiliki reaksi yang lebih baik. Perpaduan antara kecepatan dan organisasi itu yang menyulitkan," kata Prandelli.
Hasil tersebut jelas membalikkan banyak prediksi. Kosta Rika yang sebelum kickoff Piala Dunia dianggap hanya menjadi bulan-bulanan di Grup D, ternyata lolos duluan. Tim berjuluk Los Ticos itu pun menyamain prestasi mereka di Piala Dunia 1990.
"Hari ini (kemarin) amat spesial. Kami tahu hari ini bisa membuat sejarah dan mampu melakukannya. Kami menghormati masa lalu karena Italia tim yang banyak membuat sejarah, tapi para pemain memberikan semuanya untuk menang," ujar Pelatih Kosta Rika Jorge Luis Pinto.
Di alga terakhir Grup D, Kosta Rika akan menghadapi Inggris yang sudah tak punya peluang untuk lolos. Kosta Rika butuh tambahan poin untuk memastikan posisi juara grup. (ady)
BACA JUGA: Enner Valencia Jadi Pembeda
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Pemain SFC U-21 Masuk Radar Indra Sjafri
Redaktur : Tim Redaksi