Pratiwi Sudarmono, Eks-Calon Astronot yang Sibuk di Penelitian

Masih Terus Kontak dengan Pencinta Antariksa

Senin, 29 Desember 2008 – 01:03 WIB

Tak ada kata berhenti bagi Pratiwi SudarmonoSetelah meninggalkan impiannya menjadi astronot, kini dia makin sibuk di dunia penelitian dan tugas di kampus sebagai wakil dekan Fakultas Kedokteran UI.

ANGGIT SATRIYO, Jakarta

SEKITAR 20 tahun lalu Pratiwi Sudarmono sudah tersohor

BACA JUGA: Tahan Hadapi Krisis ala Abdi Dalem Keraton Jogja

Pakar biologi molekuler Universitas Indonesia (UI) itu di-blow up media massa menjadi wanita Asia pertama yang akan menjelajah luar angkasa
Untuk trip yang sangat langka dan penting itu, dia sudah menyiapkan riset terkait ilmu yang digelutinya

BACA JUGA: Mengunjungi Museum Smithsonian dan Madame Tussauds di Washington DC



Keberangkatan Pratiwi merupakan kerja bareng pemerintah dengan Badan Antariksa Amerika Serikat atau National Aeronautics and Space Administration (NASA), dalam rangka peluncuran satelit kebanggaan Indonesia, Palapa


Selain Pratiwi, pemerintah Indonesia memberangkatkan Taufik Akbar, insinyur telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB)

BACA JUGA: Kisah Penghuni Barak, Empat Tahun setelah Tragedi Tsunami

Taufik merupakan pendamping Pratiwi dalam misi ituDua nama itu merupakan hasil saringan dari sekitar 200 orang yang diseleksi langsung oleh NASA

Saat mengikuti seleksi, Pratiwi baru saja menggondol gelar doktor bidang biologi molekuler dari Osaka University”Saya terpanggil mengikuti program itu karena saya suka dunia riset,” kata Pratiwi kepada Jawa Pos yang menemui di rumahnya, Cipete, Jakarta Selatan.

Keberanian wanita kelahiran Bandung itu benar-benar menyedot perhatian publikSebab, prestasi itu tidak hanya menjadi simbol kemajuan wanita Indonesia, tapi juga kemajuan pengetahuan Indonesia sebagai wakil negara berkembangMenurut Pratiwi, keberhasilannya masuk dalam tim yang berangkat dalam misi pesawat ulang alik itu berlangsung cukup panjang

Dia sampai menghabiskan waktu 12 tahun untuk mempelajari seluk-beluk luar angkasaTapi, musibah meledaknya pesawat Challenger pada Januari 1986 menjadi awal yang memupuskan kesempatannya menjalankan ekspedisi bergengsi ituKesempatan tersebut benar-benar hilang 11 tahun pascamusibah ituYakni, saat pemerintah benar-benar menggagalkan misinya pada 1997 karena badai krisis moneterPadahal, dalam jeda waktu itu, Pratiwi harus kerap mengikuti cek kesehatan dan beberapa kursus soal keantariksaan di AmerikaPratiwi mengakui, memberangkatkan dirinya dalam misi itu tidak murah”Itu bukan bantuan (NASA), tapi pemerintah harus bayar,” jelas wanita 56 tahun

Sejak itu seolah nama Pratiwi tak pernah terdengar lagiPadahal, seabrek aktivitas masih dijalaninya”Saya capek kalau ditanya perasaan saya akibat kegagalan itu,” ujarnyaPratiwi lantas menghabiskan hari-harinya di laboratorium untuk tugas penelitianSambil mengisi waktu luang bersama keluarga, termasuk tiga cucu dari anak tunggalnya, Pandito A.B., karirnya tetap bertumbuhPada Februari 2008 lalu Pratiwi menggondol gelar profesor di bidang biologi molekuler dari kampusnya.

Sebagai wakil dekan FK UI, saban hari dia harus berangkat pagi-pagi dari rumah menuju kantornya di kawasan SalembaJadwalnya padat, apalagi kalau harus mengikuti rapat senat di kampus UI di Depok

Paling cepat Pratiwi biasanya sudah berada di rumah lagi pukul 20.30Begitulah setiap hariDia menyebut aktivitas di kampusnya tak pernah senggang”Saya baru tadi pulang dari rapat di UI DepokBeginilah, menemui saya harus malam beginiSebenarnya saya harus menghadiri wawancara dengan stasiun TV swastaTapi, jadwal itu tabrakan dengan seminar di Medan,” jelasnya.

Selain tugas sehari-hari di FK UI, waktunya banyak tersita untuk beberapa penelitian penyakit TBC dan tifus”Saya gemas banget dengan dua bakteri ituDari dulu sampai sekarang tak pernah ada obatnya yang manjur,” ungkapnya
Menurut Pratiwi, setelah pemerintah benar-benar menggagalkan misi ke luar angkasa pada 1997, dia masih kerap diundang ke luar negeri

Terutama negara-negara tetangga yang akan menyeleksi putra terbaiknya untuk keberangkatan misi luar angkasa bersama NASA”Saya diminta berbagi pengalamanTermasuk apa yang harus saya siapkan untuk tes astronot tersebutBeberapa negara punya program terencana untuk misi luar angkasa,” jelasnya.

Berbeda halnya dengan IndonesiaSebenarnya ada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)Namun, belum ada terobosan penjelajahan luar angkasa yang dirancang lembaga ituDia berharap program antariksa seperti dirinya dulu berlanjut”Sekarang mau berangkat dengan negara mana saja bisaJepang dan Tiongkok cukup maju soal iniSaya menyayangkan mengapa peneliti Indonesia tidak diikutkan ke sana,” ucapnya

Pratiwi juga menyindir lambannya pembangunan teknologi di Indonesia saat iniKata dia, di era Menteri Riset dan Teknologi B.JHabibie, dunia riset Indonesia sangat maju dan terukur”Ke mana arah pengembangan penelitian jelasMisalkan penelitian kedelai, arah pemerintah ke mana juga sangat terang,” jelasnya.

Perkembangan masyarakat dewasa ini, lanjut dia, juga kian tak jelasJarang sekali anak-anak atau remaja yang membanggakan sosok ilmuwanPratiwi menyebut negeri ini kehilangan sosok yang bisa dibanggakanDulu kalau ditanya soal cita-cita, anak SD akan mengatakan ingin seperti Pak Habibie”Kadang-kadang juga ingin menjadi astronotCoba tanya anak sekarangJawabannya tak bergeser ke pemain sinetron atau profesi lain seperti dokter atau pengacara,” ungkapnya

Pratiwi juga masih kerap menerima surat dari komunitas antariksa di berbagai negaraMereka ingin menanyakan mengapa misi itu sampai gagalMereka juga minta dikirimi foto-foto aktivitas Pratiwi duluAwalnya, dia masih menurutinyaSeiring mahalnya ongkos kirim surat ke berbagai negara itu, dia lebih selektif membalas surat”Kata mereka berdiskusi dengan saya merupakan hal yang menarikSebab, misi itu satu-satunya yang gagalBagi kalangan pencinta antariksa, itu sangat unik,” ungkapnya

Wanita itu juga masih kerap menerima undangan wawancara di televisi dan janjian dengan media cetakBahkan, Pratiwi masih menjalin kontak dengan Taufik Akbar, calon astronot yang pernah mendampinginya’’Saya terima kabar dia mau menikahkan anaknya,” jelasnya

Di luar itu, Pratiwi saat ini juga sibuk memimpin organisasi kemasyarakatan Himpunan Wanita Karya (HWK)Dia menjadi ketua di organisasi underbouw Partai Golkar itu”Tapi, saya tidak duduk di kepengurusan partaiPegawai negeri itu tidak boleh berpolitik,” katanya. (el)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mary Astuti, sang Penemu yang Bangga Dijuluki Profesor Tempe


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler