jpnn.com, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Internasional (WHO) memprediksi jumlah kematian akibat Covid-19 akan mencapai 2 juta jiwa.
Korban covid-19 akan berjatuhan sebelum vaksin ditemukan. Angkanya bahkan disebut akan lebih banyak jika tak ada upaya ketat untuk mencegah penyebarannya.
BACA JUGA: Moeldoko dan Ganjar Bahas soal RS Nakal yang Diduga Memanfaatkan Situasi Pandemi Covid-19
"Kecuali jika kita melakukan upaya bersama. (2 juta kematian) bukan hanya imajinasi, tetapi hampir pasti akan menjadi nyata," kata Mike Ryan, kepala Program Darurat PBB, pada sebuah jumpa pers.
Artinya akan ada tambahan satu juta orang meninggal, pada angka kematian saat ini, mencapai 1 juta jiwa sejak virus ditemukan di China, Desember tahun lalu.
Sementara, sejumlah upaya membendung Covid-19 dilakukan di Eropa. Otoritas di Madrid mengatakan telah meluaskan lockdown di ibu kota Spanyol, dengan pembatasan berlangsung di 45 wilayah dan mencakup sedikitnya 1 juta orang.
Penduduk diminta untuk tinggal di rumah mereka, kecuali pergi sekolah, bekerja, atau ke dokter. Pemerintah juga meminta restoran dan tempat usaha yang buka, agar mengurangi kapasitas kunjungan.
BACA JUGA: Orang dengan Gangguan Jiwa Positif Covid-19, Baru Ketahuan Gara-Gara Ini
Sedangkan di Inggris menerapkan lockdown lokal di sejumlah kota mengikuti kasus yang meningkat. Polisi juga membubarkan sejumlah unjukrasa yang melanggar jumlah kerumunan.
Di Leeds, pemerintah membatasi kerumunan dan pertemuan yang dilakukan di dalam rumah atau di halaman belakang rumah, dalam penerapan yang berdampak pada sedikitnya 750 ribu orang.
Sementara di Wales, orang -orang juga dilarang bertamu atau pertemuan di dalam rumah. Inggris mencatat infeksi harian tertinggi pada Kamis lalu, mencapai 6.600 kasus seharinya.
Selain Inggris, Berlin juga hendak menerapkan pembatasan baru. Nantinya, kunjungan antara rumah penduduk dibatasi maksimal pada dua rumah yang berdekatan.
Sedikitnya 50 ribu pelajar Jerman kini menjalani karantina, kata sebuah survey. Angka karantina di antara peljara diperkirakan akan berlipat hingga tiga bulan ke depan sehingga akan lebih susah mengontrol dan membendung infeksi, kata Kepala Asosiasi Guru Jerman, Heinz-Peter Meidinger. (deu/ngopibareng/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia