Preman

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Minggu, 28 November 2021 – 12:10 WIB
Tampang para preman yang ditangkap polisi dihadirkan dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya beberapa waktu lalu. Foto: Fransiskus Adryanto Pratama/JPNN.com

jpnn.com - Preman berasal dari bahasa Belanda ‘’vrijman’’ atau dalam bahasa Inggris ‘’freeman’’, yang berarti orang bebas tanpa ikatan. Dalam istilah yang positif, preman diartikan sebagai orang swasta yang bukan tentara atau bukan anggota polisi.

Preman dalam istilah negatif diasosiasikan dengan pelaku tindak kejahatan kriminal yang melakukannya secara rutin, sebagai bagian dari pekerjaan. Dalam melakukan operasinya preman bisa melakukannya sendirian atau berkelompok.

BACA JUGA: Dipungli Preman Rp50 Ribu, Sopir Truk Gertak Balik, Pungli Jadi Turun Drastis, Sebegini

Dalam skala yang lebih besar, preman bekerja secara terorganisasi dan punya struktur kepemimpinan yang mempunyai rantai komando yang tertata.

Kelompok preman semacam ini dikategorikan sebagai ‘’preman terorganisasi’’ yang melakukan tidak kriminal terorganisasi atau ‘’organized crime’’.

BACA JUGA: Detik-Detik AKBP Darmawan Karosekali Dikeroyok Oknum Pemuda Pancasila

Dalam melakukan operasi, preman melakukan tindakan kriminal terbuka, mulai dari mencopet sampai merampok. Ada juga yang memalak dan menodong. Ada juga yang melakukan operasi dengan kekerasan, dan bahkan ada yang bekerja sebagai pembunuh bayaran.

Secara teoretis, kejahatan kriminal muncul, antara lain, dari kondisi ekonomi yang sulit. Makin sulit kondisi ekonomi, akan makin tinggi tingkat kriminalitas.

BACA JUGA: Kasus Pedagang Ditikam Preman di Medan, Kombes Riko Pimpin Mediasi, Hasilnya

Makin banyak preman kriminal yang beroperasi makin banyak muncul organisasi preman yang sporadis. Dari perkumpulan yang hanya sporadis kemudian lahir organiasasi yang lebih permanen.

Preman jalanan selalu menjadi musuh tradisional yang dikejar-kejar aparat keamanan. Namun, preman--yang terorganisasikan secara rapi dalam jumlah besar dan dalam organisasi massa yang terstruktur--justru menjadi mitra aparat keamanan. Mereka diberi pekerjaan-pekerjaan pengamanan di pasar atau lokasi hiburan supaya tidak melakukan tindak kriminal liar.

Organisasi preman yang sudah mapan beroperasi dengan lebih sistematis, mulai dari mengamankan lahan parkir sampai mengamankan proyek-proyek besar.

Organisasi preman mengamankan lokasi-lokasi hiburan, mal, dan pusat perbelanjaan.

Aparat keamanan biasanya memakai jasa kelompok organisasi preman untuk membantu mengamankan wilayah atau menjaga proyek-proyek tertentu.

Para pemimpin organisasi preman mempunyai hubungan dengan aparat keamanan. Hubungan ini bersifat resiprokal dan mutualistis, saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Makin besar jumlah anggota organisasi preman, akan makin besar pengaruh pimpinannya terhadap aparat keamanan.

Aparat keamanan membutuhkan kelompok preman untuk berbagai kepentingan, termasuk kepentingan politik. Ketika muncul demonstrasi antipemerintah, biasanya muncul juga demonstrasi tandingan untuk melawan demonstran itu.

Dalam banyak kasus, kelompok demo tandingan ini diorganisasikan oleh organisasi massa yang berafiliasi dengan kelompok preman.

Di bawah rezim yang otoriter, kelompok organisasi massa semacam ini menjadi mitra keamanan yang strategis. Mereka sangat dibutuhkan untuk mengadang gerakan massa yang menentang rezim.

Dalam sebuah kasus, kelompok organisasi massa ini mengepung dan menyerbu kantor partai politik yang sedang mengadakan kegiatan yang dianggap antipemerintah.

Dalam pengepungan dan penyerbuan itu aparat keamanan seolah-olah tidak terlibat, karena yang menjadi ujung tombak penyerbuan adalah anggota-anggota ormas preman. Dalam penyerbuan itu jatuh korban cukup banyak. Beberapa sumber menyebutkan jatuh korban nyawa belasan orang, tetapi jumlah resmi korban tidak terungkap sampai sekarang.

Dalam penyerbuan itu komando militer setempat melakukan koordinasi dengan kelompok organisasi massa. Para pimpinan organisasi massa itu mempunyai hubungan akrab dengan komando militer dan menjadi bagian dari operasi-operasi keamanan yang represif.

Upaya menindas kegiatan antipemerintah melalui operasi militer bersama kelompok organisasi massa ternyata tidak membuahkan hasil. Gerakan antipemerintah makin menggelinding menjadi besar. Mahasiswa dan rakyat mulai bergabung menjadi gelombang protes yang makin besar. Pada akhirnya rezim represif runtuh dan era baru pun lahir.

Di era baru, yang lebih bebas dan terbuka, kelompok-kelompok ormas baru bermunculan dengan latar belakang yang bermacam-macam. Ada yang mengatasnamakan kelompok etnis, kelompok budaya, mengatasnamakan ideologi negara, dan banyak juga yang mengatasnamakan agama.

Organisasi preman berbenah diri mengantisipasi bermunculannya organisasi-organisasi massa yang baru. Lahan makin sempit karena direbut banyak organisasi lain. Cara-cara lama yang banyak mengandalkan kekerasan otot dirasa tidak cukup. Karena itu harus dilakukan perubahan supaya bisa survive.

Kalau semula hanya mengandalkan otot sekarang harus mengandalkan otak. Transformasi dilakukan dengan menyusun ulang struktur organisasi secara profesional. Ada divisi-divisi yang dibentuk untuk memberikan layanan sosial kepada masyarakat.

Ada divisi yang mengurusi soal keagamaan, penanggulangan bencana, pemberian bantuan hukum, dan divisi yang mengurusi anak-anak milenial, perempuan, dan kalangan kampus.

Wajah organisasi massa sudah banyak yang berubah menjadi lebih ramah dan bersifat sosial. Tokoh-tokoh ormas juga ikut berkiprah di dunia politik dengan bergabung ke beberapa parpol. Ada juga organisasi massa yang mendirikan partai politik sendiri.

Tokoh-tokoh organisasi massa mempunyai pengaruh politik yang besar karena mempunyai basis massa yang jelas. Jumlah keanggotaan organisasi massa bisa jutaan orang dan tersebar di mana-mana. Massa yang besar ini bisa menjadi kekuatan yang penting yang setiap saat bisa digerakkan untuk melakukan demonstrasi maupun kontra-demonstrasi.

Dengan pengaruh yang besar itu tokoh-tokoh organisasi massa bisa mencapai posisi-posisi tertinggi dalam pemerintahan. Banyak yang memegang posisi-posisi kunci di lembaga pemerintahan, dan banyak yang tersebar di lembaga legislatif di berbagai tingkatan, mulai dari daerah sampai pusat.

Persaingan antara organisasi massa itu makin keras. Berbagai macam gesekan muncul di level bawah karena berebut lahan. Ada organisasi massa yang bersifat nasional karena keanggotaannya yang tersebar di berbagai daerah.

Ada organisasi massa lokal yang berdasarkan keanggotaan etnis yang lebih terbatas. Dua kelompok ormas itu sering terlibat persaingan dalam melakukan operasinya.

Kelompok ormas lokal merasa sebagai tuan rumah di wilayahnya sendiri. Karena itu kehadiran ormas lain dianggap sebagai ganggguan di halaman rumah. Dari gesekan-gesekan kecil itu lama-lama terjadi benturan yang lebih besar dan akhirnya menjadi tawuran terbuka.

Tindakan organisasi massa yang anarkistis ini menjadi perhatian masyarakat luas. Publik kemudian menyadari bahwa jaringan organisasi ini sudah sedemikian luas dan sudah masuk ke jalinan elite-elite tertinggi negara.

Fenomena semacam ini bukan khas di satu negara saja. Di berbagai negara, jalinan antara organisasi massa dengan gerakan politik sudah menjadi praktik yang tidak terpisahkan dalam kurun waktu yang sangat lama.

Gerakan organisasi buruh yang militan di Eropa telah lama menjadi kekuatan politik yang sangat diperhitungkan.

Partai politik membutuhkan massa besar untuk memamerkan kekuatannya kepada publik. Partai-partai politik membutuhkan jaringan organisasi preman untuk melakukan operasi-operasi politik mereka.

Para pemimpin organisasi mafia menjadi bandar politik yang menyediakan modal dan memberi perlindungan keamanan kepada para politisi.

Praktik mafia politik menjadi fenomena yang umum dan meluas. Organisasi mafia memainkan peran yang sangat penting dalam berbagai konstelasi politik dari level bawah sampai ke level tertinggi.

Dalam operasi politik itu organisasi mafia melakukan praktik-praktik gelap seperti penyuapan, pembelian suara, penyekapan, penculikan, dan juga pembunuhan.

Praktik ini nyaris mustahil diberantas karena jaringannya yang sudah sangat kuat dan mengakar. Karena itu praktik politik gelap ‘’dark politis’’ akhirnya diterima sebagai kenyataan politik yang tidak terhindarkan.

Para politisi membutuhkan jaringan mafia untuk mendapatkan dukungan dana dan suara, dan para mafia mendapatkan imbalannya dalam bentuk perlindungan politik dari para politisi. Fenomena ‘’dark politics’’ terjadi di mana-mana, termasuk di sekeliling kita. (*)


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler