Premium Turun, Pertamax dan Pertalite Naik

Senin, 26 September 2016 – 07:21 WIB
Ilustrasi. Foto; JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Konsumsi premium menurun seiring pengurangan SPBU yang menjual bahan bakar bersubsidi itu.

Di sisi lain, tingkat konsumsi pertalite dan pertamax justru menunjukkan peningkatan.

BACA JUGA: Pertamina Target Produksi BBM 2 Juta Barel Per Hari

Pada akhir tahun ini, konsumsi pertalite diperkirakan menembus 50 persen konsumsi bahan bakar nasional.

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menyatakan, demand BBM oktan tinggi terus meningkat.

BACA JUGA: Kabar Penting Tentang Bunga Kartu Kredit

Konsumsi pertamax saat ini mencapai 12 ribu kiloliter (kl) per hari. Sementara itu, pertalite menembus 25 ribu kl per hari.

Permintaan itu direspons Pertamina dengan mengedarkan premium ke pedesaan dan kawasan pinggiran, terutama di kawasan timur Indonesia.

BACA JUGA: Wacana FCTC, KTNA: Setelah Memahami Kami Menolak

’’Kajian diperlukan karena pertamax-pertalite makin tinggi penggunanya. Jangan sampai orang-orang pilih BBM di atas RON 88, tapi premium masih dianggap konsumsi utama,’’ jelasnya.

Meski demikian, Wianda memastikan, Pertamina tidak berniat menghilangkan premium secara paksa.

Pertamina justru meyakini bahwa permintaan premium akan turun sendiri karena peralihan selera konsumen.

Hilangnya subsidi pada premium membuat harga BBM RON 88 tersebut tidak terpaut jauh dengan pertalite yang memiliki RON 90.

Konsumsi bahan bakar nonsubsidi pertalite dan pertamax sudah mencapai 40 persen konsumsi BBM nasional kategori gasoline.

Tidak adanya subsidi pada premium membuat harganya tidak terpaut jauh dengan pertalite. Tak heran konsumsi pertalite meroket.

Saat ini harga premium Rp 6.550 per liter, pertalite Rp 6.900 per liter, dan pertamax Rp 7.350 per liter.

’’Akhir tahun nanti, pertalite bisa di atas 40 persen atau sampai 50 persen dari konsumsi nasional,’’ jelasnya.

Sementara itu, saat ini konsumsi solar berada di kisaran 30 ribu kl per hari. Pertamina saat ini berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan domestik tanpa impor.

Wianda juga memastikan, pengurangan subsidi solar Rp 500 per liter tidak akan berpengaruh besar pada harga jual.

Mengenai rencana pemerintah menyesuaikan harga BBM pada 1 Oktober, Wianda menegaskan, Pertamina menyerahkan sepenuhnya kebijakan tersebut kepada negara.

Pertamina juga tidak mempermasalahkan masa berlaku harga baru BBM selama tiga bulan atau enam bulan.

’’Soal harga, bisa ditanyakan langsung ke Pak Wirat (Dirjen Migas ESDM Wiratmaja Puja, Red). Kami serahkan sepenuhnya ke pemerintah,’’ ujarnya.

Wirat sempat menyebutkan, ada peluang penurunan harga premium, sedangkan harga solar akan dinaikkan.

Perubahan harga dua BBM terpopuler itu berkisar Rp 300–Rp 500 per liter. Untuk menghindari spekulasi, harga baru BBM diperkirakan disampaikan pada akhir bulan. (dim/c22/noe/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cegah Penurunan Lifting, Permudah Investasi Eksplorasi Migas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler