Presiden Khawatirkan Krisis Pangan dan Energi

Senin, 14 Maret 2011 – 19:09 WIB

BOGOR — Banyaknya bencana alam dan iklim ekstrim telah berpengaruh besar pada ketahanan pangan dan ketahanan energi di dalam negeriDua hal inilah yang menjadi bahasan utama pada rapat terbatas (ratas) ekonomi di Istana Bogor, Senin (14/3) yang dipimpin langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Yang menjadi konsentrasi pemerintah adalah, pengelolaan inflasi pangan dan ketersediaan energi pasca banyaknya bencana

BACA JUGA: Daerah Diminta Peduli Jalan Nasional

"Harapan kita, meskipun ada gejolak di luar negeri tapi ada langkah-langkah yang efektif untuk meminimalkan dampak itu sehingga tidak terlalu memukul perekonomian kita," kata Presiden SBY.

Lebih lanjut dikatakannya, Presiden SBY pun akan meminta Menteri Koordinator Perekonomian untuk memaparkan langkah-langkah yang sedang dan akan dilakukan jajarannya
Khususnya, untuk menjaga ketahanan pangan dan energi dari gejolak global

BACA JUGA: Bencana Jepang Tak Pengaruhi Ekonomi Indonesia



Presiden SBY juga mengingatkan jajarannya agar tetap berkonsentrasi penuh menjalankan program-program dan kebijakan terkait dua hal penting ini
Dampak dari bencana gempa 8,9 SR disusul tsunami yang melanda Jepang, telah membuat seluruh pelabuhan-pelabuhan, pembangkit-pembangkit listrik tenaga nuklir dan kilang-kilang nyaris berhenti total

BACA JUGA: Tak Kuorum, Komisi VII Tunda RDP dengan BP Migas

Para investor pun terlihat langsung bereaksi dengan turunnya harga saham pasar komoditas ke angka terburuk sejak Juni 2010.

Harga-harga minyak pun langsung turun pada Jumat (11/3) dan mencapai titik terendah USD112,25 per barel karena kekhawatiran terhadap turunnya permintaan dari Jepang yang merupakan importir minyak dan negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia.

Dalam siaran persnya yang diterima wartawan, Direktur pengelolaan Commodity Broking Services Jonathan Barrat memperkirakan dalam beberapa bulan ke depan permintaan bahan bakar fosil akan lebih banyak diekspor ke Jepang"Mungkin akan ada penaikan pada LNG (Liquified Natural Gas atau gas alam cair), minyak, dan batubara di mana pasar bersiap untuk permintaan Jepang yang jauh lebih besar,’’ kata Jonathan.

Sementara ekonom Indef, Aviliani mengatakan, hampir dipastikan bencana gempa dan tsunami Jepang memberikan pengaruh pada pertumbuhan ekonomi dunia yang saat ini mencapai kisaran 4 persenSebab, Jepang termasuk negara yang memberikan pengaruh pada perekonomian global

Sementara pemulihan pascabencana Jepang, diprediksi memerlukan waktu 6-12 bulan kedepan"Tidak mungkin tidak ada pengaruhnyaJepang ini memiliki cadangan devisa terbesar di dunia selain ChinaApalagi ada PLTN Jepang yang meledak, tentu akan berpengaruh pada ekspor JepangPadahal hampir 70 persen perekonomian negara mereka bertumpu pada ekspor," kata Aviliani.(afz/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Impor Gula Masih Jauh dari Kuota


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler