Presiden Syria Salahkan Prancis

Senin, 16 November 2015 – 06:55 WIB
Bashar Al Assad. Foto: AFP

jpnn.com - PRESIDEN Syria Bashar Al Assad pun diberitakan mengeluarkan pernyataan offensive kepada pemerintah Prancis, menyusul insiden serangan teroris di Paris.

Dalam lansiran Agence France-Presse (AFP), Assad meminta agar pemerintah Perancis mengubah kebijakannya terkait penanggulangan teroris. Dia menuduh bahwa kebijakan saat ini   justru mendorong perluasan aksi terorisme di dunia. Seperti yang diketahui, Prancis muncul sebagai pendukung oposisi Assad saat protes terjadi pada 2011.

BACA JUGA: Ditemukan Bom di Bandara London, Dekat dari Area Check In Counter Garuda Indonesia

"Pertanyaannya, apakah kebijakan Prancis selama lima tahun belakangan ini tepat. Jawabannya tidak," ujarnya seperi dikutip oleh AFP.

Selama ini, lanjut dia, pemerintah Syria pun sudah mencoba mengingatkan bahwa isu ISIS bisa berdampak ke Eropa. Namun, dia menilai negara-negara di Eropa menganggap isu tersebut telalu ringan.

BACA JUGA: Ismail, Sang Pelaku Teror Paris Sudah Diawasi Sejak 2010

"Dalam tiga tahun ini kami sudah memperingatkan bahwa  insiden seperti ini bisa terjadi. Tapi petinggi Eropa tidak mendengarkan," jelasnya.

Pernyataan tersebut memang cenderung menyalahkan pemerintah Prancis. Hal tersebut disayangkan oleh pengamat hubungan luar negeri Teuku Rezasyah. Menurutnya, pernyataan yang dikeluarkan oleh Presiden Syria itu kurang etis bagi negara yang baru saja mengalami musibah.

BACA JUGA: Jangan Lantas Tutup Gerbang bagi Pengungsi Syria

"Saat ini memang masih belum terkonfirmasi apakah memang Assad menyatakan itu atau hanya misinterpretasi oleh media. Tapi, jika benar hal tersebut dikatakan Assad, saya sangat menyayangkan," ujarnya.

Dia menjelaskan, hal ini bisa saja malah memperburuk hubungan antara kawasan Eropa dan Timur tengah. Hubungan tersebut bisa saja berujung kepada tindakan-tindakan konflik yang lebih besar jika tak dinetralkan secepatnya. Teuku mencontohkan saat pemerintah Amerika Serikat menyerang Afganistan dan Iraq sebagai tanggapan insiden 9/11.

"Saat seperti ini, harusnya pemerintah Syria ikut berbela sungkawa. Jangan sampai terjadi kasus pasca kejadian WTC. Saat itu, pemerintah AS langsung menyerang tanpa perhitungan yang matang," ungkapnya.     

Dia juga menyoroti pernyataan Presiden Prancis Francois Hollande yang langsung menyatakan bahwa ISIS adalah pihak yang bertanggung jawab dalam aksi Jumat (13/11) malam lalu. Harusnya, kesimpulan itu bisa diambil setelah proses forensic dan penyelidikan yang menyeluruh.

"Memang, posisi Hollande dalam krisis sehingga dia langsung mengambil kesimpulan berdasarkan klaim dan ancaman-ancaman sebelumnya. Tapi, pembuktian forensic tetap harus dilakukan," terangnya.

Pada kesempatan yang sama, Pelaksana Fungsi Konsuler KBRI Paris Yosep Tutu mengakui, saat ini laporan atau permintaan bantuan terkait WNI yang tidak bisa dikontak di Paris sudah jauh berkurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan bagi sebagian besar WNI sudah bisa dipastikan. Namun, pihaknya mengaku masih terus bersiaga untuk mencari jika memang ada WNI yang menjadi korban teror sporadis di Paris.

"Kami akhirnya sudah menjalin komunikasi dengan Crisis Centre Prancis yang menangani korban-korban serangan. Sampai saat ini, merea masih menyatakan tidak ada indikasi jatuh korban WNI," imbuhnya. (bil)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kita Tidak Berperang Melawan Islam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler