Presidium Putra Putri Pejuang Pepera Siap Mengawal NKRI

Kamis, 29 Oktober 2020 – 15:51 WIB
Deklarasi Ormas Presidium Putra Putri Pejuang Pepera (P5). Foto: Ormas P5

jpnn.com, SENTANI - Organisasi masyarakat Presidium Putra Putri Pejuang Pepera (P5) dideklarasikan bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-92 tanggal 28 Oktober 2020.

Yanto Eluay, tokoh adat Sentani yang juga deklarator P5 menjelaskan, ormas ini dideklarasikan untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sebagaimana semangat Sumpah Pemuda 92 tahun yang lalu.

BACA JUGA: Demo Separatis di Papua Gugat Pepera 1969

"Tujuan utama berdirinya P5 antara lain adalah mengawal pembangunan di tanah Papua dengan semangat Pepera dalam bingkai NKRI serta mengawal NKRI dari pihak-pihak yang tak paham sejarah namun ingin memecah bangsa dan negara," ujar Yanto yang juga putra dari mendiang ketua Presidium Dewan Papua, Theys Hiyo Eluay, Rabu (28/10).

Yanto Eluay mengaku telah mengurus pendirian Ormas P5 di Badan Kesbangpol Papua.

BACA JUGA: Kasir Indomaret Kaget Melihat Pasutri Begituan di ATM Malam-malam

Di mana, kata dia, seluruh anggota P5 merupakan anak-anak dan cucu dari para pejuang Pepera dan 1.026 tokoh Papua yang ikut dalam musyawarah Pepera pada tahun 1969 lalu.

“Jadi Ormas P5 ini dibentuk karena kami punya tanggung jawab moril atas keputusan orang tua kami yang pada saat itu telah memutuskan bahwa Papua menjadi bagian dari NKRI. Ya, sudah seharusnya kami turut serta menjaganya,” jelasnya.

BACA JUGA: Habib Bahar jadi Tersangka Lagi, Begini Kronologi Kasus Dugaan Penganiayaan

Tak hanya itu, Yanto juga menjelaskan bahwa hingga saat ini keputusan Papera pada tahun 1969 sering dipelintir oleh sejumlah pihak.

“Keputusan Pepera itu sudah final dan tidak dapat diganggu gugat lagi. Walaupun sampai saat ini masih ada yang menyebut bahwa keputusan yang diambil dalam musyawarah Pepera pada saat itu adalah awal dari rentetan pelanggaran HAM yang terjadi di Papua. Oleh karena itu, kami berinisiatif mendirikan ormas ini untuk mengawal keputusan Pepera. Dan yang perlu dicatat adalah hasil dari musyawarah Pepera ini sudah tercatat dan diakui oleh PBB,” tegasnya.

Ketika disinggung soal sejarah 'luka masa lalu' mengingat sosok They Eluay yang pernah menjadi tokoh adat yang berpengaruh dan dielukan oleh rakyat Papua, namun terbunuh secara tragis karena sering bertentangan dengan pemerintah pusat, Yanto Eluay menegaskan bahwa sebagai orang yang beragama haruslah bisa memaafkan.

“Marilah kita sama-sama, bicara Papua dalam konteks perdamaian tanah Papua yang damai. Harus kita menghilangkan dendam, amarah atas peristiwa yang terjadi di masa lalu,” ujarnya.

“Saya harap semua masyarakat Papua, untuk bersama-sama berdoa melupakan masa lalu, jangan lagi menyimpan kemarahan,” tambahnya.

Deklarasi yang dilaksanakan di Pendopo Igwa-igwa Ondikeleuw Haleufoiteuw Hele Wabhouw Obhe, Jalan Bisteur Pos, Kampung Sereh, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, dihadiri Danrem 172/PWY, Bupati Jayapura, Kapolres Jayapura, Danden Inteldam XVII/Cend, Danyonif R 751/VJS, Kasatprov Denma Lantamal X Jayapura, Kapolsek Sentani Kota, Sekjen Barisan Merah Papua, Ketua umum Pemuda Papua dan Ketua Lapago Papua. (rhs/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler