BACA JUGA: Istimewakan Pejudi Indonesia, Warga Lokal Bayar Lebih Mahal
Di antara mereka ini, ada juga yang mengaku pernah beberapa kali bertemu dengan para tersangka teroris yang ditembak mati tersebut.Laporan RIDLWAN H, Tangerang Selatan
"TIARAP, tiarap! Lihat lantai!" Teriakan ini masih terngiang-ngiang di telinga Rinda Diana, manajer Multiplus Business Service Centre
BACA JUGA: Mus Mulyadi, The King of Keroncong yang Kini Alami Kebutaan Karena Diabetes
Mereka inilah yang melakukan penggerebekan terhadap para teroris yang sedang berada di Multiplus.Rinda menceritakan, sekitar pukul 11.00 WIB sebelum penggerebekan, suasana di tempatnya bekerja cukup sepi
"Saat itu, di atas yang main di warnet cuma dua orang
BACA JUGA: Shock, Istri Hamil Dua Bulan Masuk Rumah Sakit
Salah satunya yang tewas itu," kata wanita yang kemarin berjilbab biru dan memakai baju biru ituMultiplus sendiri menyediakan 10 bilik untuk akses internetBiayanya dihitung per jam.Tiba-tiba, tanpa ketuk pintu, tiga orang mengenakan helm dan rompi anti peluru masuk ke dalam rukoDua orang karyawan Rinda juga disuruh tiarap"Saya tidak langsung tiarap, tapi sempat jongkok duluLutut saya gemetar tidak karuan," kata wanita berusia 31 tahun itu.
Salah satu karyawan Rinda, Sodik menuturkan, pria yang tertembak mati itu beberapa kali pernah ke Multiplus"Seingat saya tiga kaliKalau datang dia sendirian dan bawa tas besar," katanya.
Saat main internet, kata Sodik pula, pria itu selalu meminta bilik di pojok"Karena nomor 10 terisi, (kali ini) dia memilih memakai nomor sembilan," kata Sodik yang mengaku nyaris pingsan mendengar suara tembakan itu.
Sodik mengaku dia hanya mendengar tiga tembakan"Setelah itu saya dibawa keluar oleh petugas," katanyaRinda dan Sodik juga sempat dibawa ke Polsek Pamulang untuk dimintai keterangan.
Polisi juga kemudian menyita komputer nomor 9 yang digunakanYahya (pria yang tertembak mati itu) sebelum tewasTermasuk hardisk dan keyboard-nya"Kata polisi untuk diperiksa di laboratorium," ujar Sodik pula.
Fuad, tukang parkir Multiplus menuturkan, Yahya, lelaki yang diduga teroris itu sering datang ke Multiplus pada malam hari"Kalau tidak diantar temannya, biasanya dia datang sendiri," ceritanya.
Fuad mengaku ingat dengan sosoknya, karena tampangnya berewok dan matanya tajam"Dia juga tak pernah mau bayar parkirMengucapkan terima kasih saja jarangTapi kita segan mau negurOrangnya serius seperti aparat," katanya.
Saat penggerebekan, Fuad sendiri sedang berada di depan ruko"Petugas datang menggunakan dua mobil, lalu tiga orang masukSetelah itu ada tembakan, terus teman-temannya datang ke atas," katanya dengan nada masih gemetar"Terus terang, Mas, seumur-umur baru kali ini dengar suara pistol," tambahnya.
Sementara itu Agus Hidayat, pegawai restoran Amoris yang terletak di samping ruko Multiplus, punya cerita lainMenurutnya, polisi sudah ada di sekitar ruko itu sejak pagi"Ada dua orang bapak-bapak, wajahnya sangar, pakai celana jeansMereka pesan rawon untuk sarapan," katanya.
Amoris adalah warung makan khas Jawa Timur yang menyediakan aneka masakanMenu andalannya adalah rujak cingur, gado-gado dan rawon"Setelah itu, mereka pergi sebentar, tapi terus datang lagi kira-kira jam 10," lanjut Agus.
Menurut Agus pula, petugas Densus sebelum menyerbu, sempat menutup dulu akses pintu masuk restoran"Saya mau keluar dihalangi'Sudah, masuk sajaAda teroris.' Saya baru paham kalau bapak yang pesan rawon itu ternyata anggota Densus," katanya.
Apakah teroris yang tewas itu pernah makan di Amoris, Agus mengaku tak ingat sepenuhnya"Soalnya biasa, kalau ada pengunjung warnet Multiplus pesan minuman atau makanan di sini, terus kita antarkan," katanya.
Penggerebekan itu sendiri juga membuat roda bisnis di komplek ruko Jalan Siliwangi berhenti sejak siang hari"Kita lebih baik tutupTakut tersangkut-sangkut," kata Linda, pegawai gerai Grapari Telkomsel yang berada di dekat MultiplusPemilik salon Rinova yang selisih dua ruko dengan Multiplus juga buru-buru menutup pintu tempat usahanya.
Sementara, ratusan warga yang menonton proses evakuasi itu, juga sempat membuat ruas jalan macet totalAKP Suhardi, petugas polisi lalu lintas di lokasi menuturkan, kemacetan mencapai 10 kilometer.
Selain menggerebek ruko Multiplus, korps burung hantu - sebutan Densus 88 - sendiri juga bergerak ke Jalan Dr Setiabudi, Gang Asem, RT 03/05, Pamulang BaratLokasinya sekitar 15 menit perjalanan dengan motor dari MultiplusDi sana, tim Densus menembak dua orang lelaki dan menangkap dua orang yang lain.
Menurut Zaini, Ketua RT setempat yang dibawa sebagai saksi penggeledahan rumah, polisi mengamankan buku-buku berisi materi Jihad dan beberapa CD"Ada juga laptop," katanya.
Rumah dua lantai berpagar warna cokelat itu didobrak dengan kuat hingga daun pintunya patah dan terbukaDua orang yang ditangkap di rumah itu digelandang dengan hanya mengenakan celana pendek dan kepala ditutup kain hitam.
Menurut Zaini, rumah itu milik Dr Fauzi"Sering dipakai pengajian, tapi pesertanya dari luarKami warga tidak kenal dan tidak tahu isinya apa," katanya.
Sehari-harinya, kata Zaini pula, Dr Fauzi dikenal ramah dan baik"Orangnya sopanTapi setahun terakhir ini memang agak berubah setelah ikut pengajian Abu Jibril," katanyaMenurut Zaini, istri Dr Fauzi dan tiga orang anaknya juga ikut diamankan oleh Densus 88 Mabes Polri.
Hamid, pemilik warung di sekitar rumah Dr Fauzi menuturkan, malam sebelum penggerebekan ada beberapa orang yang numpang merokok di teras rumahnya"Ada tiga orangMereka berjaket hitam, mungkin polisi," kata Hamid.
Sekitar pukul 21.00 WIB ketiga orang itu datang, dan baru pamit setengah jam kemudian"Saya tidak apa-apa, karena pemuda kampung juga sering numpang merokok di sini," katanya.
Pagi hari saat penggerebekan, rumah Dr Fauzi sudah sepi"Tahu-tahu saya lihat ada dua mobil datang, dan 'dor-dor', ternyata menembak yang pakai motor Thunder," kata Hamid pula.
Satu orang disebutkan langsung jatuh di samping motor, sementara satu yang lain sempat berupaya masuk ke dalam rumah"Saya tidak ingat berapa kali tembakannyaBegitu saya mendengar suara itu, saya langsung lari ke luar rumahSudah banyak polisi pakai senjata dan kacamata hitam," katanya.
Secara terpisah, Abu Jibril mengakui bahwa Dr Fauzi adalah muridnya"Tapi di luar kegiatan pengajian, saya tidak tahu apa aktivitas sehari-hariOrangnya baik dan sering mengundang ulama untuk ceramah di rumahnya," kata Abu Jibril yang datang ke Multiplus kemarin sore.
Ayah tersangka kasus terorisme Muhammad Jibril itu pun membantah keras bahwa pengajiannya mengajarkan kekerasan"Tanya saja sama ibu-ibu yang datang ke sanaSaya mengajarkan Al Quran, bukan terorisme," tegasnya(ibl/kin/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sri Mulyani Bergurau : Pak Tifatul kok Tidak Ikut Pesta?
Redaktur : Tim Redaksi