Produk Dalam Negeri ini Lebih Murah Dibanding Ventilator Impor

Jumat, 13 Agustus 2021 – 19:41 WIB
Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) saat mengunjungi industri alat kesehatan berbasis elektronika PT PHC Indonesia. ANTARA/HO-MPR RI

jpnn.com, KABUPATEN BEKASI - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyebut data Kementerian Kesehatan menunjukkan setidaknya sudah ada 358 jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri.

Selain itu, 79 jenis alat kesehatan lainnya menjadi substitusi atau pengganti produk impor.

BACA JUGA: 8 Pesawat Tempur F-16 Akan Manuver Bomb Burst di atas Istana Merdeka

Untuk itu, Bamsoet meminta agar Indonesia memprioritaskan belanja APBN sektor kesehatan dengan membeli alat kesehatan dalam negeri.

“Sehingga tidak terus bergantung pada impor,” ujar Bamsoet dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (13/8).

BACA JUGA: Terlambat Suntik Kedua Vaksin COVID-19? Para Ahli Bilang Begini

Bersama Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel, Bamsoet menegaskan penting bagi Indonesia untuk memiliki kedaulatan dalam memenuhi kebutuhan alat kesehatan.

"Ini membuktikan bahwa produsen alat kesehatan dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik serta menggantikan produk impor,” ujar Bamsoet.

BACA JUGA: Penyakit ini Sama Bahayanya dengan COVID-19, Waspadalah!

Dia sebelumnya berkunjung ke pabrik PT Panasonic Healthcare Indonesia (PHC Indonesia) di Kabupaten Bekasi.

Ketua DPR RI ke-20 ini mengapresiasi PT Panasonic Healthcare Indonesia (PHC Indonesia) yang menyempurnakan dan memproduksi ventilator tipe Continuous Positive Airways Pressure (CPAP).

Kemudian Vent-I Essential 3.5, yang dirancang para ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjajaran (Unpad).

Langkah PHC Indonesia tersebut juga membuat hasil riset dan inovasi perguruan tinggi tidak berhenti hanya pada kertas atau prototipe.

"Di tangan PHC Indonesia, Vent-I disempurnakan memenuhi standar internasional,” katanya.

Adapun standar internasional yang dipenuhi oleh Vent-I adalah International Electrotechnical Commission (IEC 60601), standar persyaratan ventilator (IEC 80601), dan standar kompatibilitas elektromagnetik (Electromagnetic Compatibility/EMC) EN55011 - CISPR 11.

Pemenuhan standar tersebut memungkinkan Vent-I untuk diekspor ke berbagai negara.

Oleh karena itu, selain tidak lagi bergantung pada impor ventilator, kehadiran Vent-I membuat Indonesia bisa menjadi pemain penting dalam pemenuhan ventilator bagi berbagai negara dunia.

“Mengingat saat ini ventilator sangat dibutuhkan sebagai alkes utama menghadapi pandemi Covid-19," kata Bamsoet.

Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini menjelaskan, dari hasil uji klinis, Vent-I efektif menangani pasien COVID-19 fase 2, yaitu pasien yang masih bisa bernapas secara mandiri namun saturasi oksigennya di bawah 50 persen.

Vent-I juga mampu meningkatkan oksigen pasien ke level yang cukup, yaitu di atas 50 persen, secara terus-menerus dengan tekanan terukur (5-15 cmH2O).

“Sangat cocok digunakan untuk pasien COVID-19 di luar ICU,” ujar Ketua Umum Pengurus Besar Keluarga Olahraga Tarung Derajat (PB Kodrat) ini pula.

Dia juga mengatakan bahwa Vent-I dibuat dengan bahan medical grade yang aman, menghasilkan produk bermutu dan andal, serta sangat mudah dioperasikan oleh para tenaga medis di berbagai puskesmas.

Bagi Bamsoet, Vent-I memiliki peran penting untuk mencegah pasien COVID-19 agar tidak sampai masuk ICU.

Bamsoet juga menerangkan, Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) Vent-I mencapai 43 persen.

PHC Indonesia memiliki kapasitas produksi Vent-I mencapai 37.500 unit per tahun atau rata-rata 3.300 unit per bulan.

Vent-I ditawarkan dengan harga jauh lebih murah dibanding dengan ventilator impor.

"PHC Indonesia juga memproduksi berbagai alat kesehatan yang sangat dibutuhkan dalam proses pembuatan vaksin (vaccine development) maupun penyimpanan vaksin,” ujarnya menambahkan.

Biomedical freezer dan pharmaceutical refrigerator berbagai tipe dan ukuran merupakan tempat penyimpanan vaksin yang dapat diproduksi oleh PHC Indonesia.

Untuk pembekuan sampai -40 derajat Celsius, PHC Indonesia memproduksi biomedical freezer model MDF-MU549DH dengan kapasitas 479 liter.

“TKDNnya mencapai 63 persen dengan kapasitas produksi 7.500 unit per tahun atau rata-rata 650 unit per bulan," kata Bamsoet menerangkan.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menambahkan, untuk kebutuhan pembekuan -20 derajat Celsius sampai -30 derajat Celsius, bisa menggunakan produk PHC Indonesia tipe MDF-MU339 dengan volume 369 liter, MDF-MU539H dengan volume 504 liter, serta MDF-MU 539DH dengan volume 479 liter.

Freezer yang sangat dibutuhkan dalam penyimpanan vaksin telah menggunakan TKDN sebesar 73 persen, dengan kapasitas produksi 7.500 unit per tahun atau rata-rata 650 unit per bulan.

"Tidak ada alasan bagi Pemerintah untuk tidak mendahulukan produksi dalam negeri. Terlebih Presiden Joko Widodo sudah memberikan arahan kepada jajaran kementerian untuk lebih banyak menggunakan produk alat kesehatan dari dalam negeri," pungkas Bamsoet.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler