Produksi Bawang Merah dan Cabai Diyakini Aman Menjelang Puasa dan Lebaran

Sabtu, 06 Januari 2024 – 16:45 WIB
Tanaman bawang merah dan cabai yang tumbuh subur di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Foto: Dokumentasi Kementan

jpnn.com, GARUT - Kabupaten Garut sebagai salah satu sentra penghasil bawang merah dan cabai terbesar di Jawa Barat diandalkan mampu menopang pasokan nasional, terutama menghadapi puasa dan Lebaran pada Maret-April 2024 mendatang.

Sentra utama produksi bawang merah Garut berada di Kecamatan Bayongbong serta daerah penyangga sekitarnya, seperti Sukaresmi, Cilawu, Cisurupan dan Sucinaraja.

BACA JUGA: Update Harga Cabai Hari Ini, Mendag Ungkap Perlu Teknologi untuk Distribusi

Sementara untuk cabai hampir tersebar di seluruh kecamatan, utamanya di Bungbulang, Caringin, Banyuresmi, dan Cisurupan.

Pada musim tanam akhir 2023, para petani sempat dilanda kekhawatiran akibat dampak El Nino yang menyebabkan hujan tidak stabil sehingga tanaman banyak yang sudah terlanjur ditanam memgalami kekurangan air.

BACA JUGA: Panen Bawang Merah di Brebes, Mentan: Saya Senang Produksinya Semakin Baik

Namun seiring dengan turunnya kembali hujan yang diprediksi cukup stabil, petani kini bisa bernafas lega.

Saat dikonfirmasi, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto optimistis pasokan bawang merah dan cabai jelang puasa dan Lebaran 2024 aman terkendali, salah satunya dari Garut, Jawa Barat.

"Berdasarkan laporan dari tim yang kami terjunkan langsung ke lokasi, total area penanaman di bulan Desember atau Januari di Bayongbong dan sekitarnya lebih dari 1.500 hektare," kata Dirjen Prihasto dalam keterangannya, Sabtu (6/1).

Dirjen Prihasto mengungkapkan akibat El Nino yang panjang tahun ini ada sekitar 30 persen diperkirakan hasilnya tidak optimal akibat kekurangan air.

"Namun secara umum, produksi bawang merah Garut aman mendukung pasokan puasa dan Lebaran 2024 nanti," tandas Prihasto.

Sementara untuk cabai diyakini produksi akan semakin meningkat hingga puncaknya nanti saat Lebaran.

"Luas tanam cabai rawit di Garut dalam setahun mencapai tiga ribu hektare lebih. Cabai besar lebih dari enam ribu hektare. Saat ini rata-rata memasuki awal tanam dan persiapan berbuah untuk tanaman eksisting. Pasokan untuk puasa lebaran nanti insyaallah aman," tegasnya.

Menurut Prihasto, kawasan produksi bawang merah di daerah dataran tinggi atau pegunungan rentan terhadap ancaman kekurangan air.

"Karena hanya mengandalkan tadah hujan, ketika hujan turun tidak normal dari biasanya banyak tanaman yang sudah terlanjur ditanam terancam kering. Ini salah satu pembelajaran dari El Nino, kami harus lebih memperhatikan dan mengantisipasi kebutuhan air dan penyediaan sumber air," ujarnya.

Pihaknya telah melakukan berbagai upaya konkret untuk mendorong ketersediaan air.

"Kami identifikasi titik-titik yang rawan kekurangan air dan belum terjangkau saluran irigasi teknis atau sumber air permukaan. Di situ kami dorong fasilitasi sumur dalam atau dangkal, menggandeng kementerian atau lembaga terkait. Akhir tahun ini kami sudah mulai fasilitasi di Banyuresmi," terangnya.

Selain penyediaan air, pihaknya juga terus mendorong penyediaan energi listrik masuk ke lahan-lahan budidaya atau dikenal sebagai elektrifikasi pertanian (agroelectrifying).

Prihasto juga menyampaikan Kementerian Pertanian (Kementan) dan PLN sudah melakukan penandatanganan nota kesepahaman.

"Contoh keberhasilan program juga sudah ada, seperti di Bantul DIY, Solok, Enrekang, dan Nganjuk. Tinggal diperluas jangkauannya," kata Prihasto lagi.

Dia menyampaikan listrik ini akan menghemat biaya energi hingga 70 persen.

"Air dan listrik ini sangat vital dalam proses budidaya hortikultura khususnya cabai dan bawang merah," imbuh Prihasto.

Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Sarana pada Dinas Pertanian Garut Ardi Firdian membenarkan produksi bawang merah dan cabai di daerahnya dalam kondisi aman terkendali dan siap mendukung pasokan saat puasa Lebaran nanti.

Diakuinya sempat ada gangguan kekurangan air terutama di kawasan tadah hujan.

Kondisi tersebut mengakibatkan tanaman bawang merah yang berumur 20 hari banyak yang terdampak.

Persoalan lainnya sumber air, berupa mata air yang ada jaraknya sangat jauh sehingga tidak efektif.

Jika dimanfaatkan untuk pengairan dapat mengganggu suplai air bersih masyarakat dan menimbulkan konflik sehingga perlu alternatif penyediaan air lahan.

"Namun seiring dengan hujan yang sudah turun masih bisa terkendali. Kami terus berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian memastikan produksi aman, terutama untuk pasokan puasa dan Lebaran 2024 nanti," kata Ardi.

Ditjen Hortikultura senantiasa bekerja untuk selalu memberikan kontribusi yang terbaik untuk kemajuan dan pemenuhan kebutuhan pangan, terutama dari hortikultura, yakni cabai dan bawang merah. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler