jpnn.com, JAKARTA - Sosiolog Prof Musni Umar menyesalkan respons Menteri Agama Fachrul Razi terhadap aksi penggerudukan Banser terhadap ulama yang dituduh HTI,di Rembang, Pasuruan, Jawa Timur.
Diketahui, Banser berupaya melakukan tabayun atau klarifikasi atas dugaan penghinaan terhadap tokoh NU Habib Luthfi oleh akun media sosial salah seorang guru di sebuah yayasan lembaga pendidikan keagamaan di Rembang.
BACA JUGA: Novel PA 212 Pengin Sejumlah Pasal Ini Dipakai untuk Jerat Banser Pelabrak Dedengkot HTI
Yayasan tersebut juga diduga menjadi tempat penyebaran ideologi khilafah dan tempat pertemuan anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yang keberadaannya sudah dilarang pemerintah.
Upaya tabayun itu dipimpin Ketua PC Ansor Bangil Saad Muafi beserta 150 anggota Banser. Mereka menemui Abdul Halim, dan Zainulloh, yang disebut sebagai pimpinan madrasah dengan nama Yayasan Al Hamidy Al Islamiyah.
BACA JUGA: Munarman FPI Mengomentari Aksi Banser di Rembang, Keras!
Meski terjadi perdebatan panas antara ketua PC GP Ansor Bangil dengan Ustaz Zainulloh sebagaimana terlihat dalam videonya beredar luas, tetapi tidak terjadi aksi kekerasan fisik.
"Saya apresiasi langkah tabayun yang dilakukan Banser PC Ansor Bangil yang mengedepankan cara-cara damai dalam menyikapi gesekan di masyarakat terkait masalah keagamaan," kata Menag Fachrul Razi dalam siaran persnya, Sabtu (22/8).
BACA JUGA: Menag Komentari Aksi Banser Temui Pimpinan Yayasan Terindikasi HTI
Pernyataan Menag Fachrul Rzani ini mendapat perhatian Prof Musni Umar. Sebab, dia melihat proses tabayun oleh Banser dilakukan dengan cara membentak dan mengintimidasi.
"Kalau pernyataan Menag ini benar, amat disayangkan, karena Islam tidak mengajarkan untuk membuat kekerasan, membentak, dan melakukan intimidasi kepada ulama atau kepada siapa pun," ucap Prof Musni sebagaimana dikutip di akunnya di Twitter, Minggu (23/8).
Rektor Universitas Ibnu Chaldun itu berpandangan bahwa upaya tabayun seharusnya dilakukan dengan cara-cara yang baik. "Heran cara seperti ini diapresiasi menag. Jika ada perbedaan, lakukan mujadalah dengan cara yang baik," tandasnya. (fat/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam