jpnn.com, JAKARTA - Mahasiswa diharapkan menjadi pembelajar mandiri dan pribadi tangguh menghadapi revolusi industri 4.0.
Salah satu bekal yang harus dimiliki adalah kreativitas dan inovasi agar bisa berperan membangun kekuatan ekonomi bangsa.
BACA JUGA: UT Berikan Bantuan UKT Bagi Guru Honorer, Ini Syaratnya
"Kreativitas di era digital ini penting sekali, apalagi di masa pandemi Covid-19 yang mengubah segalanya termasuk dalam pembelajaran," kata Rektor Universitas Terbuka Prof Ojat Darojat dalam Studium Generale Universitas Terbuka "Ekonomi Kreatif di Era Digital", yang digelar virtual, Rabu (15/12).
Dia menjelaskan berbagai inovasi juga mengubah sendi-sendi kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek, termasuk kegiatan sehari-hari.
BACA JUGA: Ketum KONI Optimistis Kuota Beasiswa UT untuk Atlet Berprestasi Melampaui Target
Mereka yang inovatif dan kreatif akan mampu dan lebih unggul dibandingkan lainnya.
Prof Ojat Darojat juga menambahkan, generasi muda memiliki peran penting dalam memanfaatkan dan mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi.
BACA JUGA: Mengapa KKB Sering Menyerang di Sekitar Puncak Jaya & Yahukimo? Ini Penyebabnya
Evolusi yang telah berjalan di UT selama 37 tahun tidak terlepas dari kemajuan yang dicapai dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi.
Dulu UT menggunakan bahan ajar cetak, tetapi sejak 1996 secara masif menerapkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga kapasitas belajar mahasiswa UT termasuk kualitasnya makin baik.
"Itu tidak lepas dari penguasaan teknologi," imbuh Ojat.
Sementara itu Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang turut memberikan sambutan dalam kegiatan itu menyatakan kreativitas dan inovasi sangat penting di masa ini dan mendatang.
Karenanya, di masa pemerintahan Presiden Jokowi dibentuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
"Menterinya pun anak muda yang kreatif, karena harapan bangsa pada generasi muda sangatlah besar," kata Bamsoet, sapaan akrabnya.
Dikatakan, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi tepat pada ulang tahun yang ke-100, yakni pada 2045.
Dari jumlah penduduk saat ini sekitar 270 juta, akan bertambah menjadi 380 juta pada 2045. Sebanyak 70 persennya anak muda atau produktif.
Namun, bonus demografi ini tidak akan memberikan manfaat apa-apa bagi bangsa dan jadi sia-sia bila negara gagal memanfaatkannya.
Brazil dan Afrika Selatan adalah contoh negara yang gagal memanfaatkan banyaknya anak muda karena ribut masalah politik. Akibatnya, pemerintah di sana tidak mampu mendorong anak mudanya untuk kreatif membangun kemajuan ekonomi.
"Negara yang berhasil adalah Korea Selatan, juga China, sampai hari ini mereka mampu mendominasi dunia dengan berbagai inovasinya mulai dari bedah plastik hingga K-Pop-nya," ujar Bamsoet, sapaan akrab Bambang Soesatyo. (esy/jpnn)
Redaktur : Soetomo
Reporter : Mesya Mohamad