Prof Zainuddin: Itu Faktanya, Menteri Nadiem Tak Seharusnya Terkejut

Selasa, 05 Mei 2020 – 04:51 WIB
Nadiem Makarim. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi X DPR RI Prof Zainuddin Maliki mengatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim tidak seharusnya terkejut mengetahui banyak daerah, yang jangankan untuk mengakses TV dan internet, tetapi aliran listriknya pun byarpet.

Hal ini disampaikan Prof Zainuddin menanggapi ungkapan keterkejutan Menteri Nadiem saat teleconference, Sabtu (2/5) lalu, begitu mendengar banyak kesulitan dari guru dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) berbasis online learning.

BACA JUGA: Prof Zainuddin Sindir Mas Nadiem soal Panggung untuk Najwa Shihab di Hardiknas

Baik karena tidak punya koneksi internet, tak punya kuota hingga tidak adanya aliran listrik.

"Memang belum semua daerah bisa dipacu dengan penggunaan teknologi. Itu adalah fakta lama. Mendikbud seharusnya tidak perlu terkejut. Jika demikian sebaiknya turun ke lapangan supaya tahu kondisi real yang menjadi tantangan di bawah," kata Prof Zainuddin kepada jpnn.com Senin (4/5) malam.

BACA JUGA: Penting! Prof Zainuddin Minta Mas Nadiem Segera Bentuk Relawan Guru

Meski begitu, mantan rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya ini juga memahami di tengah pandemik corona vorus baru (Covid-19), tidak mudah untuk melakukan kunjungan ke daerah. Meskipun demikian, kebijakan yang komprehensif tetap diperlukan mengingat darurat corona belum bisa dipastikan kapan berakhirnya.

"Tetapi dengan menggunakan privilege sebagai menteri, dan tetap menjaga protokol kesehatan, akan sangat bermanfaat jika Menteri Nadiem bisa melihat dan merasakan sendiri apa yang terjadi di bawah," tukas legislator PAN ini.

BACA JUGA: Hikmah Belajar Saat Pandemi COVID-19

Anggota Baleg DPR ini juga menyebutkan, peserta didik yang berada di kawasan pinggiran seperti daerah 3T, tidak hanya membutuhkan perhatian tetapi juga empati.

"Empati itu akan mudah muncul jika bisa melihat sendiri kisah sedih seperti yang dialami oleh Intan Melani, misalnya. Anak yatim usia 11 tahun dari keluarga miskin di Padangsidimpuan. Dia rela berjalan kaki sejauh 3 kilometer agar bisa numpang belajar online," ungkap politikus asal Jawa Timur ini.

Maka dari itu, dalam suasana peringatan Hari Pendidikan Nasional sekarang ini, kata Prof Zainuddin, pendekatan partisipatoris atau hadir dengan melihat langsung kondisi masyarakat di daerah terisolir, akan mudah untuk membangun empati terhadap kesulitan yang mereka hadapi.

"Lebih dari itu akan bisa membuat kebijakan yang komprehensif, kontekstual dan tidak bias perkotaan. Bias kota itu terasa, misalnya ketika memperingati Hardiknas kemarin," tambahnya.(fat/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler