Profesor Hasriadi: IPK 4,0 tak Ada Gunanya kalau...

Kamis, 08 September 2016 – 07:28 WIB
Mahasiswa/i. llustrasi Foto: Dipta/dok.JPNN.com

jpnn.com - BANDAR LAMPUNG - Rektor Universitas Lampung (Unila) Profesor Hasriadi Mat Akin mengatakan, keberadaan perguruan tinggi ditujukan untuk mencerdaskan mahasiswa dan mahasiswi secara intelektual, emosional dan spiritual.

Sehari-harinya, menurut Hasriadi, perguruan tinggi terkesan lebih banyak mencerdaskan intelektualitas mahasiswa. Jika sebatas kesan, itu sah-sah saja.

BACA JUGA: Bupati Larang Guru Beri PR kepada Siswa

"Tapi sesungguhnya pada setiap perguruan tinggi pasti banyak organisasi yang didirikannya. Itu adalah alat mencerdaskan emosional dan spiritual," kata Hasriadi, saat memberikan sambutan pada acara Seminar dan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, di Kampus Unila, Kota Bandar Lampung, Rabu (7/9).

Karena alasan mencerdaskan emosional dan spritual itu juga, lanjut rector, pada setiap perguruan tinggi ada wakil rektor bidang kemahasiswaan. 

BACA JUGA: Siswa Miskin Belum Terima KIP? Buruan Daftar Sampai 30 September

"Bidang tersebut tugas pokoknya adalah mencerdaskan emosional dan spiritual," ujarnya.

Dia jelaskan, hadirnya seribu mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai perguruan tinggi di Provinsi Lampung dalam Seminar dan Sosialisasi Empat PiIar MPR RI ini sesungguhnya sebuah proses mencerdaskan emosional dan spiritual.

BACA JUGA: Sekolah Lima Hari Ternyata Menyenangkan

"Kami sadar betul bahwa 80 persen keberhasilan pendidikan ditentukan oleh kecerdasan emosional dan spiritual karena ini akan menghasilkan karakter dan integritas. Kecerdasan intelektual hanya berkontribusi sekitar 20 persen untuk kesuksesan hidup seseorang," ungkapnya.

Ditegaskan rektor, IPK 4,0 tak ada gunanya kalau karakter tidak dimiliki. 

"Kalau mahasiswa hanya ingin IPK baik, mudah caranya cukup dengan belajar saja. Tapi kalau ingin berhasil dalam karirnya maka itu sangat ditentukan oleh emosional dan spiritual," tegasnya.

Lebih lanjut, Hasriadi menyatakan secara relatif cukup banyak orang pintar di Indonesia. Tapi belum signifikan untuk memperbaiki berbagai kondisi yang belum baik. 

"Kenapa peranannya belum signifikan? Itu karena lemah emosional dan spiritualnya," ujar dia.

Karena itu, pemimpin masa depan harus cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual. 

"Adik-adik yang saat ini mengenyam pendidikan tinggi adalah orang-orang yang sangat beruntung karena masuk dalam kelompok kecil sekitar 27 persen yang bisa melanjutkan pendidikannya dari keseluruhan warga negara yang semestinya juga kuliah. Makanya, kalau yang 27 persen ini tidak pula siap, maka bisa selesai nasib bangsa ini," pungkasnya.(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Miris Banget..Sekolah di Kampung Pak SBY Ini Hanya Ada 12 Siswa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler