Seorang profesor asal Sydney menjadi warga Australia pertama yang memenangkan penghargaan bergengsi di bidang sains, dengan nilai lebih dari $820.000, atau lebih dari Rp 8,2 miliar.
Martin Green, dari University of New South Wales, adalah satu dari dua ilmuwan yang berbagi Penghargaan Energi Global tahun ini. Penghargaan diberikan untuk memberikan prestasi luar biasa dalam penelitian dan teknologi yang memberikan solusi pada masalah energi.
BACA JUGA: Mantan Pendeta Mengatakan Ex-Jihadis Orang yang Berkesan
Profesor Green memenangkan penghargaan untuk karyanya di bidang 'photovoltaics'.
Mereka yang masuk nominasi penghargaan ini pula adalah Elon Musk dari Tesla dan ilmuwan teknologi baterai, Khalil Amine.
BACA JUGA: Pangeran Harry dan Meghan Markle Akan Kunjungi Australia
Photo: Elon Musk juga masuk nominasi Penghargaan Global Energy. ((Reuters: Rashid Umar Abbasi))
Penghargaan ini diberikan setiap tahun oleh Presiden Federasi Rusia.
BACA JUGA: Presiden Donald Trump dan Pemimpin Kim Jong-un Tiba di Singapura
Profesor Green akan menerima penghargaan pada bulan Oktober 2018 yang diberikan oleh Presiden Vladimir Putin atau yang lainnya.
Ia sering disebut sebagai "Bapak Fotovoltaik" dan mendapat kehormatan setelah "merevolusi efisiensi dan biaya fotovoltaik surya, yang sekarang menjadi pilihan dengan biaya terendah untuk pasokan listrik yang besar".
Profesor Green berbagi hadiah dengan ilmuwan Rusia, Sergey Alekseenko, pakar rekayasa tenaga panas. Mereka dipilih dari 44 pesaing dari 14 negara oleh komite ilmuwan terkemuka.Penghargaan Energi Global
Penghargaan Energi Global memiliki skor reputasi 0,48 dalam Daftar Penghargaan Akademik Internasional IREG. Sementara skor untuk penghargaan Nobel adalah 1,0.
Profesor Green juga adalah Direktur Pusat Australia untuk Fotovoltaik Lanjutan di UNSW. Dia adalah pakar terkemuka di dunia, baik dalam sel surya silikon monocrystalline dan polycrystalline.
Kelompok penelitian yang ia dirikan di UNSW Engineering juga menjadi kelompok penelitian fotovoltaik berbasis universitas terbesar dan paling terkenal di dunia.
Biaya untuk fotovoltaik dalam beberapa tahun terakhir sudah turun drastis dalam beberapa tahun ini, berkat upaya ilmiahnya, sebagian besar melalui karya mahasiswanya dalam membangun pusat-pusat manufaktur di Asia.
Prestasi rekornya sudah dilakukan beberapa dekade. Pada tahun 1989, timnya memasok sel surya untuk sistem fotovoltaik pertama dengan efisiensi konversi energi 20 persen.
Kemudian di tahun 2014, ia memimpin tim pengembangan yang pertama kalinya menunjukkan konversi sinar matahari menjadi listrik dengan efisiensi konversi energi sebesar 40 persen. Photo: Profesor Martin Green, yang dikenal sebagai 'Bapak Fotovoltaiks' ((ABC, Catalyst) )
Di antara banyak terobosan, ia menemukan sel surya PERC, yang menyumbang lebih dari 24 persen dari kapasitas produksi sel silikon dunia pada akhir 2017. Penjualan sistem yang mengandung sel surya ini nilainya lebih dari $10 miliar pada tahun 2017 dan diperkirakan melebihi $1 triliun pada tahun 2040.
Presiden UNSW dan Wakil Rektor Profesor Ian Jacobs mengatakan Profesor Green telah "menyampaikan hasil transformasional yang sesungguhnya dalam energi terbarukan selama lebih dari tiga dekade".
"Martin adalah penerima hadiah global yang sangat layak ini dan kami mengucapkan selamat kepadanya," katanya.
"Penelitian fundamental dan terapannya telah mengubah sektor energi global dan akan terus menghasilkan manfaat ekonomi dan sosial, baik di Australia maupun di seluruh dunia."
Dekan Fakultas Teknik UNSW, Mark Hoffman mengatakan, "dampak global dari kerja Martin dan tim penelitiannya telah sangat mendalam. Mereka sudah menciptakan sel surya efisiensi tertinggi lewat teknik yang mereka dapat akses oleh dunia melalui komersialisasi. Dan semua ini telah dicapai di Australia"
"Kami bangga dengan kepemimpinan Martin yang menginspirasi dan penelitian perintis yang membantu mengatasi tantangan perubahan iklim."
Profesor Green mengatakan menerima penghargaan adalah suatu "kehormatan besar".
"Efisiensi modul surya adalah bidang yang kemajuannya telah lebih cepat dari yang diperkirakan banyak ahli, dan ini adalah kabar baik," katanya.
"Kami perlu mempertahankan laju penelitiannya di Australia, tidak hanya untuk menjaga keunggulan internasional kami, tetapi juga untuk memberi manfaat bagi masyarakat dengan menyediakan sumber listrik rendah karbon yang murah."
Simak laporannya dalam bahasa Inggris disini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dianggap Merugikan, Israel Cabut Larangan Visa Turis Indonesia