Profil Faisal Basri, Ekonom Vokal Pernah Jadi Sekjen PAN, Pengorek Kasus Petral

Kamis, 05 September 2024 – 08:41 WIB
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal H. Basri. Foto: Antara/Aria Cindyara

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom ternama Faisal H. Basri meninggal dunia pada Kamis (5/4/2024) dini hari di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan.

Tokoh yang dikenal vokal mengkritisi pemerintah itu wafat pada usia 65 tahun.

BACA JUGA: Kabar Duka, Ekonom Faisal H. Basri Meninggal Dunia

Sebagai tokoh vokal, Faisal meninggalkan rekam jejak tentang perlawanannya terhadap praktik curang, ketidakadilan, dan kezaliman.

Salah satu hal fenomenal yang ditunjukkan pria berdarah Batak itu ialah sikapnya yang keras menentang keberadaan Pertamina Energy Trading Limited atau Petral.

BACA JUGA: Faisal Basri, Mengejar Kursi Gubernur DKI Jakarta dengan Modal Saweran

Akademikus yang dikenal sebagai dosen Universitas Indonesia (UI) itu lahir di Bandung pada 6 November 1959. Nama lengkapnya Faisal Hasan Basri Batubara.

Nama Hasan Basri diperoleh dari ayah Faisal, yakni Hasan Basri Batubara. Menurut laman Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) UI, Faisal memperoleh gelar S.E. dari almamaternya pada 1985.

BACA JUGA: Ekonom Faisal Basri Bikin 2 Twit soal Luhut, Keras Banget

Pada tahun yang sama, Faisal sudah dipercaya menjadi anggota Tim Perkembangan Perekonomian Dunia pada Asisten II Menteri Koordinator Bidang EKUIN. Karier awalnya di pemerintahan itu berakhir pada 1987.

Selanjutnya, Faisal memperoleh kesempatan melanjutkan studinya di luar negeri. Ekonom yang sering mengkritisi kebijakan pemerintah itu meraih gelar M.A. dari Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika pada 1988.

Pada 1994, Faisal ikut mendirikan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), sebuah lembaga pemikir bonafide. Hasil kajian dan analisis lembaga pemikir itu kerap menjadi rujukan para pengambil kebijakan di pemerintahan.

Faisal yang notabene keponakan Wapres Ketiga RI Adam Malik juga dikenal sebagai salah satu pendorong Reformasi 1998. Setelah Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun lengser pada Mei 1998, Faisal ikut membidani Partai Amanat Nasional (PAN).

Pengajar mata kuliah sejarah pemikiran ekonomi di FEUI itu pun pernah menjadi sekretaris jenderal PAN pada era 1988-2000. Faisal menjadi sekjen PAN saat Amien Rais menjadi ketua umumnya.

Karier lain yang pernah dijalani Faisal di pemerintahan ialah sebagai anggota Tim Asistensi Ekuin Presiden RI (2000). Tim itu bekerja untuk Presiden KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Saat Indonesia memiliki Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pada 2000, Faisal menjadi salah satu komisionernya. Komisi itu merupakan buah dari Undang-undang (UU) Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Faisal beristrikan Syafitrie Nasution. Pria yang gemar tampil kasual dan membawa ransel itu dikarunai tiga anak, yakni Anwar Ibrahim Basri, Siti Nabila Azuraa Basri, dan Muhammad Attar Basri.

Di politik, Faisal pernah mencoba peruntungan dengan menjadi calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2012. Saat itu Faisal berpasangan dengan Bien Benyamin.

Pada 2014 atau saat awal periode pertama kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Faisal dipercaya memimpin Komite Reformasi Tata Kelola Migas.

Salah satu hasil dari komite itu ialah pembubaran Petral, perusahaan yang sering menjadi sasaran kritik Faisal.(jpnn.com)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bareskrim Panggil Faisal Basri untuk Korek Kasus Petral


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler