jpnn.com, JAWA TENGAH - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berhasil menurunkan angka kematian ibu (AKI) lebih dari 50 persen.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jateng, pada 2021 kasus AKI berjumlah 1.011 kasus dan turun 526 kasus menjadi 485 pada 2022.
BACA JUGA: Gelar Zikir & Doa Bersama, TGS Ganjar Sumut Berpesan Begini
Ganjar menjelaskan, capaian ini tidak terlepas dari program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng), yang telah digagas sejak 2016.
Melalui program ini, ibu hamil sangat diperhatikan untuk mencegah resiko-resiko yang ada.
BACA JUGA: Kurir Meninggal Saat Antar Paket, BPJS Ketenagakerjaan Gerak Cepat Serahkan Hak Ahli Waris
"Deteksi kami itu satu, sebelum ibu hamil. Kalau saat ini seluruh Ibu di Jawa Tengah dicek satu per satu, rutin berobat, rutin diperiksa, kalau ada kelainan diobati, mesti ada yang merawat, dan seterusnya," kata Ganjar, Rabu (22/2).
Pria 54 tahun ini menjelaskan, program 5Ng memungkinkan pemerintah untuk memantau ibu hamil dalam empat fase penting. Yakni fase sebelum hamil, lalu fase hamil, kemudian fase persalinan, hingga fase nifas.
BACA JUGA: KAGAMA Beri Bantuan Instalasi Pemanen Air Hujan, Ganjar Ingin Mengadopsi untuk Jateng
Di fase pertama, kata Ganjar, pemerintah melalui Pemprov, Pemkot, maupun Pemkab akan memberikan sosialisasi dan pemahaman pada ibu tentang perencanaan serta kecukupan gizi sebelum masa kehamilan.
Memasuki fase kedua, pemerintah akan mendeteksi, mencatat, dan melaporkan setiap kehamilan untuk memantau serta memfasilitasi pemeriksaan rutin ibu hamil agar ibu dan kandungannya selalu dalam kondisi sehat.
Kemudian apabila sudah memulai fase ketiga, Ganjar menjelaskan bahwa ibu yang melahirkan akan didampingi, dipantau, dan dikawal sampai melahirkan dengan baik.
Di fase terakhir, kata Ganjar, pemerintah memberi asuhan keperawatan pasca persalinan.
"Jateng Gayeng Ngiceng Wong Meteng. 'Apa itu Pak Ganjar?' Kita mesti perhatian pada ibu hamil. Suaminya antarkan periksa rutin. Kalau kandungannya bermasalah, maka periksanya harus makin rutin lagi, sehingga didampingi dokter atau bidan," kata Ganjar.
Di samping menurunkan AKI, Ganjar menyebut program ini akhirnya berhasil menimbulkan efek domino yang membuat angka stunting turun drastis hingga 50 persen dalam kurun waktu empat tahun terakhir.
Berdasarkan perhitungan elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM), pada 2018 tingkat stunting di Jateng berada di angka 24,4 persen, setahun kemudian pada 2019 turun menjadi 18,3 persen.
Persentase kembali turun pada 2020 menjadi 14,5 persen, kemudian pada 2021 turun menjadi 12,8 persen, dan terakhir pada 2022 di angka 11,9 persen.
"Maka edukasi dilakukan. Sekarang kita percepat. Maka empat tahun ini hasilnya bagus, sekarang kita genjot dengan memberikan beras fortifikasi. Beras fortifikasi juga kita kerja sama dengan UGM, bekerja sama dengan Bank Jateng, bekerja sama dengan Pemkab/Pemkot untuk kita serbu," kata Ganjar.
Politikus PDIP ini juga mengapresiasi jajarannya yang telah bekerja sama untuk menjalankan program ini dengan baik.
Saat ini, kata Ganjar, pihaknya masih terus berupaya menekan angka AKI dan stunting dengan melakukan koordinasi secara intens bersama pihak-pihak terkait.
"Itu program yang sekarang ada, maka para kepala desa kami minta untuk datang, camat kami minta untuk menjadi supervisor, dan bupati yang mengkoordinasi dan melapor ke kami. Itu yang sudah kami kerjakan," sebut Ganjar.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada