Program Makan Bergizi Gratis (MBG) inisiatif Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mulai berjalan hari ini.  

Sebanyak 190 dapur di 26 provinsi Indonesia dinyatakan akan berpartisipasi dalam program ini, menurut Badan Gizi Nasional (BGN).

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Etihad Batal Lepas Landas di Melbourne karena Gangguan Teknis

Program tersebut diperuntukkan untuk siswa pada jenjang TK/PAUD, SD, SMP, SMA/SMK Negeri/Swasta termasuk madrasah.

Menurut Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi, program MBG akan menyasar 3 juta siswa selama tiga bulan pertama di tahun 2024, dengan jumlah penerima akan bertambah secara bertahap, mencapai 15 juta pada akhir tahun 2025.

BACA JUGA: Menu Makan Bergizi Gratis, Istana: Susu Tak Wajib Tiap Hari

Tapi menurut laporan BBC, target di tiga bulan pertama hanya 600.000 siswa, dengan mengutip pernyataan juru bicara istana.

Ahli gizi masyarakat DR.dr. Tan Shot Yen mengatakan ia berharap pemerintah memegang janjinya untuk memfokuskan program tersebut di daerah 3T.

BACA JUGA: Lihat Mobil yang Dipakai Mengantar Makan Bergizi Gratis di Palembang, Duh

3T merupakan singkatan dari Terdepan, Terluar, dan Terbelakang, di mana anak-anak memiliki masalah gizi yang lebih berat.Perlunya memanfaatkan pangan lokal

Dokter Tan mengatakan sebetulnya pemenuhan gizi dengan harga berapa pun mungkin terpenuhi bila pemerintah mengambil langkah yang tepat.

"Kalau menurut hemat saya, dengan angka berapa pun tidak menjadi masalah kalau semua bahan pangannya berasal dari apa yang tersedia di daerah tersebut," ujar dr Tan.

"Misalnya nih Indonesia Timur kaya dengan buah yang namanya pepaya ada pisang, bahkan ada matoa, matoa itu dari Papua, ya berikan saja itu."

"Makanan pokok barangkali tidak harus nasi, mana ada anak Papua makan nasi, sampai dibela-belain bikin ladang padi, tidak masuk akal."

Karenanya, dr Tan menekankan pentingnya memiliki keragaman makanan, dengan memastikan menu makanan MBG terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, buah-buahan, dan sayuran, yang diproduksi petani lokal di daerah masing-masing.

Ia juga mengkhawatirkan jika pemerintah menentukan menu berdasarkan anggaran, produk makannya bisa tidak berkualitas.

"Anda bisa bayangkan kalau misalnya anak-anak kita mendapatkan nugget ayam. Apalagi kalau kita akhirnya, karena untuk mendapatkan murah dan banyak subsidi setelah donasi kontributor, kita menggandeng industri."

"Kalau misalnya ... tidak berkualitas hanya semata-mata karena kita didukung oleh sponsor maka itu bukan lagi makanan yang berkualitas."Dari susu hingga daun kelor

Sejak dirumuskan oleh Prabowo dan Gibran dalam kampanye presiden dan wakil presiden tahun lalu, program MGB sudah mengalami beberapa perubahan, yang menurut sejumlah pakar seperti tergesa-gesa.

Dari anggaran sebanyak Rp15 ribu per anak, kini program tersebut mengalokasikan Rp10 ribu per hidangan.

Program MBG, yang tadinya bernama Makan Siang Gratis, juga dilaporkan akan menggunakan susu ikan sebagai pengganti susu sapi.

Susu ikan merupakan ikan segar yang diolah dengan teknologi sehingga menjadi bubuk hidrolisat protein ikan.

Kepada Detik, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Budi Sulistyo, mengatakan saat ini produsen susu ikan Berikan Protein sedang melakukan registrasi menjadi mitra Badan Gizi Nasional (BGN).

Akhir Desember 2024, Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana mengumumkan daun kelor dan telur ayam sebagai alternatif pengganti susu.

Ia mengatakan susu hanya akan diberikan di daerah peternakan Indonesia dan daerah sentra sapi perah.

Tapi menurut dr Tan, pemakaian daun kelor untuk alternatif susu bukanlah perbandingan yang sepadan, dengan fungsi keduanya yang berbeda.

"Saya tahu daun kelor, moringa itu adalah superfood kata orang, tapi superfood dalam konteks kalau diolah sehingga bisa diekstrak," katanya.

"Tetapi Anda kan tidak memberikan kapsul daun kelor ke anak sekolah, Anda memberikan sayur bening daun kelor sebagai sebuah hidangan."

Belum lagi ia menambahkan sayur atau protein nabati mengandung fitat yang merupakan "anti-nutrients."

"Vitiate oxalate adalah senyawa yang akan mencegah penyerapan nutrisi," katanya.

"Jadi jika kita memberikan kelebihan daun kelor tersebut, kita mendapat masalah baru."

Menurutnya secara prinsip, manusia memerlukan asam amino, yang kadarnya sempurna dalam sebuah telur.

Dokter Tan berharap program Makan Bergizi Gratis bisa menjadi program jangka panjang yang dilakukan dengan benar.

"Kalau Anda ingin melakukan suatu program yang sifatnya skala nasional, you need to have an assessment. Bukan uji coba, bukan pilot project," katanya.

"Tentu ini bukan sesuatu yang uji coba lagi, harus serius, dan uji coba selayaknya tidak boleh dilakukan di kota besar, karena tidak mencerminkan anak Indonesia yang sebenarnya."

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kang Ace Sebut Program Makan Bergizi Gratis Adalah Investasi SDM Berkualitas

Berita Terkait