jpnn.com, JAKARTA - Kesejahteraan petani menjadi perhatian Pemerintahan Joko Widodo, selain mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan sebagaimana tertuang dalam Nawacita yang merupakan landasan progam kerja pemerintah.
Cita-cita itu diimplementasikan melalui berbagai program, khususnya perbaikan infrastruktur dan penyediaan sarana usaha tani melalui mekanisasi pertanian.
BACA JUGA: Akademisi: Produksi bukan Faktor Tunggal Naiknya Harga Beras
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri memproyeksikan, dampak dari modernisasi pertanian akan dirasakan dalam kurun beberapa tahun ke depan.
“Investasi dalam pembangunan infrastruktur dan modernisasi pertanian akan memiliki dampak multiflier dalam 5 sampai dengan 10 tahun ke depan," ujar Kuntoro.
BACA JUGA: Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian Meningkat
Dia menjelaskan, untuk program pengembangan prasarana dan sarana pertanian hingga tahun 2018, Kementerian Pertanian merehabilitasi jaringan irigasi tersier dalam rangka mengoptimalkan irigasi pada lahan seluas 3,47 juta hektar, dengan capaian terbesar pada tahun 2015 seluas 2,45 juta hektar.
Selama Oktober 2014 – April 2018 pembangunan embung/dam parit/long storage mencapai 2.758 unit. Kemudian, Selama Oktober 2014 – April 2018 perluasan dan optimalisasi lahan sawah mencapai 1,16 juta hektar.
BACA JUGA: Izin Dipermudah, Eksportir Hortikultura Semakin Bergairah
“Modernisasi pertanian melalui mekanisasi merupakan solusi efisien menggantikan pola usaha tani manual. Mekanisasi juga sebagai solusi mengatasi berkurangnya tenaga kerja pertanian karena bermigrasi ke sektor industri dan jasa”, katanya.
Potensi Penghematan Mekanisasi Pertanian Mencapai Rp 24,5 Triliun
Dalam usaha tersebut, Kementerian Pertanian Selama Oktober 2014 – April 2018 telah menyalurkan bantuan alsintan sebanyak 370.378 unit. Alsintan yang meliputi, Rice Transplanter, Combine Harvester, Dryer, Power Thresher, Corn Sheller dan Rice Milling Unit (RMU), traktor dan pompa air. Mekanisasi pertanian dapat menghemat biaya produksi kurang lebih 30 persen dan menurunkan susut panen 10 persen. Mekanisasi menghemat biaya olah tanah, biaya tanam dan panen dari pola manual Rp 7,3 juta/ha menjadi Rp 5,1 juta/ha.
“Pada umumnya mengolah tanah secara manual memerlukan 20 orang hari kerja/ha dan biaya Rp 2,5 juta/ha, jika menggunakan traktor, satu orang mampu menyelesaikan 3 ha/hari dengan biaya Rp. 1,8 juta/ ha," tambah Kuntoro.
Dia melanjutkan, mekanisasi menggunakan rice transplanter menghemat tenaga dari pola manual 19 orang/ha menjadi 7 orang/ha dan biaya tanam menurun dari Rp 1,72 juta/ha menjadi Rp 1,1 juta/ha. Menyiang rumput (power weeder) menghemat tenaga kerja dari pola manual 15 orang/ha menjadi 2 orang/ha dan biaya menyiang turun dari Rp 1,2 juta/ha menjadi Rp 510 ribu/ha. Combine harvester menghemat tenaga kerja dari pola manual 40 orang/ha menjadi 7,5 orang/ha dan biaya panen dapat ditekan dari Rp 2,8 juta/ha menjadi Rp 2,2 juta/ha dan menekan kehilangan hasil (losses) dari 10,2 persen menjadi 2 persen.
“Apabila dihitung secara nasional dengan mekanisasi mampu menghemat biaya yang harus dikeluarkan petani sebesar Rp. 24,5 triliun," tandasnya. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Terapkan Budi Daya Ramah Lingkungan
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh