Program RFID Terpaksa Dihentikan

Kamis, 20 Maret 2014 – 22:12 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menjelaskan mengapa program Radio Frequency Identification (RFID) atau alat monitoring dan pengendalian BBM, saat ini mandek.

Program yang berada di bawah koordinasi Kementerian ESDM ini, terpaksa harus dihentikan karena melemahnya nilai rupiah terhadap dollar.

BACA JUGA: OJK Ingin Edukasi Masyarakat Daerah Tentang Perbankan

Saat kontrak pengadaan alat RFID, PT INTI yang memperoleh kontrak dari Pertamina masih memakai kurs dollar senilai Rp 9 ribuan, sementara saat ini rupiah melemah ke angka Rp 12 ribu.

Akibatnya, PT INTI terpaksa menghentikan impor alat RFID lantaran kesulitan keuangan untuk mendatangkan alat itu dari luar negeri.

BACA JUGA: Dahlan Yakin KSO Opsi Terbaik Selamatkan Merpati

"Ya kan keburu dollar naik, jadi perhitungannya tentu berubah, sehingga PT INTI mengalami kesulitan dengan harga yang lama," ungkap Dahlan di Jakarta, Kamis (20/3).

Penjelasan Dahlan ini sekaligus menampik anggapan Menteri Koordinator Ekonomi Hatta Rajasa yang menilai program RFID sebagai proyek yang tidak jelas.

BACA JUGA: 2020, Kereta Cepat Jakarta-Bandung Ditargetkan Beroperasi

Program pemasangan RFID ini, kata Dahlan, bisa saja dilanjutkan kembali, dengan syarat, Pertamina dan Inti harus menyepakati lebih dahulu nilai kerjasama yang baru.

"Kalau dilanjutkan (program RFID-red), silahkan, tapi ini harus dilesaikan perhitungannya dulu," terang pria asal Magetan ini. (chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tekan Penyelundupan, Aturan Ekspor Timah Harus Direvisi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler