Promosi BBM Non Subsidi Diabaikan Konsumen

Senin, 18 Juli 2011 – 09:09 WIB

SURABAYA - Dari tahun ke tahun, konsumsi BBM bersubsidi rupanya masih belum bisa ditekanTercatat, konsumsi BBM bersubsidi tiap tahunnya meningkat 10 persen

BACA JUGA: Intiland Tambah Alokasi Belanja Rp 1 Triliun

Alhasil, konsumsi BBM bersubsidi selalu saja melebihi kuota
Misalnya pada semester pertama 2011, konsumsi premium bersubsidi di Jatim lebih 3,2 persen dari kuota yang tetapkan

BACA JUGA: Pelepasan Citilink Tuntas 2012

Sedangkan solar kuotanya melonjak 5,4 persen dari patokan.

Asisten Manajer Eksternal PT Pertamina Regional V, Eviyanti Rofraida mengatakan, konsumsi BBM bersubsidi di Jatim mencapai 1,662 juta kiloliter (KL), padahal kuota yang ditetapkan di Jatim pada 2011 sebesar 3,248 juta KL
Idealnya, konsumsi BBM bersubsidi pada semester awal sebesar 50 persen dari kuota, atau di bawah itu

BACA JUGA: Bantu Masyarakat Cari Rumah



Tak hanya premium bersubsidi yang over kuota, hal ini juga terjadi pada konsumsi solarPertamina mencatat solar di Jatim juga terjadi over kuota sebesar 105,4 persen, yakni konsumsi sebesar 868 ribu KLSedangkan patokan kuota pada tahun ini mencapai 1,662 juta KL.

Sedangkan kota-kota di Jatim yang over kuota premium adalah Tuban sebesar 32.800 KL, atau overkuota 108,1 persen dari penetapan 30.300 KLSedangkan kota dengan jumlah solar yang overkuota yakni Sumenep sebesar 118,6 persen, dari 5.400 KL, kuota melonjak menjadi 6.400 KL"Over kuota telah terjadi dari tahun ke tahunPeningkatannya 10 persenPertamina tidak bisa apa-apa, karena kewajibannya menjadi pemasokKalau mau menekan kuota, perlu regulasi dari pusat," tutur Evi saat ditemui Jawa Pos.

Evi menyebutkan, besaran konsumsi Jatim ini berkontribusi sebesar 13,5 persen dari nasionalSedangkan konsumsi Jatim Bali Nusra berkontribusi 18,8 persenSedangkan angka konsumsi terbesar masih di Jabodetabek sebesar 40 persen. 

Terkait adanya over kuota di wilayah-wilayah tertentu, menurut Evi bisa ada indikasi penyerapan BBM bersubsidi yang kurang tepat, yakni digunakan oleh oknum-oknum tertentuMisalnya aksi borong sejumlah konsumen, hingga BBM bersubsidi untuk kebutuhan industriPasalnya, semestinya industri menggunakan BBM non subsidi"Sulit sekali bagi Pertamina untuk bertindak dalam mengawasi pembelian yang berlebihanApalagi, men-judge digunakan sektor industriKarena bukan wewenang kami," terangnya.

Meski demikian, pihaknya tetap berupaya masyarakat bisa beralih ke penggunaan BBM non subsidiMisalnya dengan menambah sejumlah outlet yang menyediakan BBK (Bahan Bakar Khusus) di wilayah JatimSaat ini outlet BBK sebanyak 52 persen dari 820 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jatim, atau sebanyak 431 outlet"Kami berharap pengusaha mau bersinergi dengan kami untuk memenuhi kebutuhan BBM non subsidiSelain itu kami juga meningkatkan standar SPBU Pasti Pas," ujarnya

Tak hanya itu, upaya lain supaya masyarakat mau beralih ke BBM non subsidi adalah dengan menggelar program promosiMisalnya bebas surchage hingga pelesir ke EropaSayangnya, upaya ini tidak terlalu direspon secara radikal oleh masyarakat"Peminatnya kurangTapi kami tetap berupaya menggenjot performa penjualan BBM non subsidi," terangnya

Sementara itu, untuk mengantisipasi lonjakan konsumsi BBM bersubsidi saat lebaran, Pertamina region V pun menambah stok sebesar 20 persenDia berharap peran Pemprov untuk mengawasi penyaluran BBM bersubsidi, sehingga tidak ada penumpukan BBM maupun kekurangan stok saat lebaran"Saat ini, jatah untuk Jatim sudah habisTetapi, pusat memastikan stok BBM bersubsidi yang dikirim ke Jatim akan terus dikirim sesuai permintaan regional V," ujarnya(gal)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BNI Syariah Cetak Laba Rp 52 Miliar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler